Dukung Kesiapsiagaan Medis di Daerah Endemis, Bio Farma Hadirkan Serum Anti Bisa Ular pada Workshop Snakebite Management di Kupang

Avatar photo

- Jurnalis

Kamis, 10 April 2025 - 18:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KlopakIndonesia – Kupang (9/4) Bio Farma bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyelenggarakan workshop terkait penanganan gigitan ular berbisa pada Rabu (9/4) lalu. Bertempat di Hotel Aston Kupang, ibu kota provinsi NTT tersebut ditunjuk sebagai lokasi pertama pelaksanaan workshop bertajuk Update on Snakebite Management in Indonesia yang ke depannya akan diadakan di beberapa kota besar lainnya di Indonesia.

Kepala Departemen Manajemen Produk Nasional Bio Farma, dr. Erwin Setiawan, mengatakan, Bio Farma berkomitmen untuk mendukung penanganan yang tepat terhadap tingginya kasus gigitan ular berbisa dengan menyediakan berbagai macam serum anti bisa ular.

”Ketika kasus gigitan ular ditangani dengan cepat dan tepat, tentu akan bisa menurunkan angka kematian. Kami juga berharap menjadi solusi untuk tenaga kesehatan di NTT dalam menangani kasus gigitan ular,” kata Erwin di sela-sela workshop tersebut.

Workshop yang dilaksanakan di Hotel Aston Kupang ini menggandeng Dr. dr. Trimaharani, M.Si, Sp.Em, satu-satunya ahli toksinologi ular Indonesia sebagai narasumber. “Penanganan pertama memegang peranan penting terhadap keselamatan pasien gigitan ular. Di Nusa Tenggara Timur terdapat 3 jenis ular berbisa, yaitu ular hijau (Trimeresurus insularis), ular bandotan (Daboeia russellii siamenensis), dan ular laut Laticauda colubrina. Serum anti bisa ular yang perlu terdapat di NTT adalah Hemato Polyvalent Antivenom yang didistribusikan oleh Bio Farma.”

Baca Juga :  Rapat Paripurna HJKB ke-214, Pj Wali Kota: Mari Berkolaborasi Wujudkan Bandung Maju Berkelanjutan

Pada pasien gigitan ular yang telah memasuki fase sistemik, pemberian serum anti bisa ular atau antivenom sangat penting karena venom (bisa) ular dalam tubuh hanya bisa dinetralisasi oleh antivenom tersebut. Terdapat berbagai macam serum anti bisa ular sesuai dengan jenis ular dan toksinnya, sehingga pemberiannya pada pasien harus berdasarkan rekomendasi ahli dan tidak boleh sembarangan.

Kasus gigitan ular di Indonesia cukup tinggi, diperkirakan sekitar 135.000 kasus per tahun. Berdasarkan laporan sepanjang 10 tahun terakhir yang dihimpun oleh Indonesia Toxinology Society, angka kematian akibat gigitan ular berbisa mencapai 10 persen dari total kasus. Data tersebut bahkan masih belum bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Baca Juga :  RECHECKING KAMPUNG KB AYEM TENGTREM KABUPATEN SUMEDANG

Dalam sambutannya saat membuka acara, drg. Iien Adriany, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyampaikan bahwa pencegahan dan pengendalian penyakit akibat gigitan hewan berbisa merupakan program baru di NTT yang masih dikembangkan sehingga penanganan awal gigitan ular berbisa yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama masih sangat bervariasi dan masih banyak yang belum sesuai standar.

”Kegiatan yang diinisiasi Bio Farma ini merupakan momen yang sangat penting. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan pertolongan pertama kasus gigitan ular berbisa,” jelas Iien.

Workshop tersebut dihadiri 100 peserta luring dan total 500 peserta daring yang terdiri dari dokter dan tenaga kesehatan lainnya dari seluruh penjuru Nusa Tenggara Timur. Di sesi awal dipaparkan mengenai tatalaksana penanganan gigitan ular berbisa dan hewan beracun. Pada sesi hands on training, peserta berlatih untuk imobilisasi dan penolongan pertama lainnya yang didukung juga oleh 4Life dan Teleflex.

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Mana Yang Paling Kuat Di Tanjakan Antara Mobil Dengan Penggerak Roda Depan Dan Mobil Dengan Penggerak Roda Belakang
Lima Perusahaan Pemilik Izin Usaha Tambang di Raja Ampat
Kemendikdasmen Terbitkan Permendikdasmen Tes Kemampuan Akademik (TKA)
Mendikdasmen: Revitalisasi Satuan Pendidikan, Fondasi bagi Ekosistem Pembelajaran yang Bermutu
Qurban Jadi Intervensi Gizi: BKKBN Jabar Bagikan Daging untuk Cegah Stunting di Lingkungan KRS
Kenapa BI Fast Pada Sabtu 7 Juni 2025 Tidak Bisa Digunakan ?
Membangun SMK Unggul dan Relevan melalui Sinkronisasi dan Harmonisasi Program Pengembangan SMK 2025
Mendikdasmen: Iduladha, Sarana Manusia Menyucikan Jiwa dan Memperkuat Akhlak Mulia
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 8 Juni 2025 - 17:55 WIB

Mana Yang Paling Kuat Di Tanjakan Antara Mobil Dengan Penggerak Roda Depan Dan Mobil Dengan Penggerak Roda Belakang

Minggu, 8 Juni 2025 - 16:40 WIB

Kemendikdasmen Terbitkan Permendikdasmen Tes Kemampuan Akademik (TKA)

Minggu, 8 Juni 2025 - 16:20 WIB

Mendikdasmen: Revitalisasi Satuan Pendidikan, Fondasi bagi Ekosistem Pembelajaran yang Bermutu

Sabtu, 7 Juni 2025 - 20:23 WIB

Qurban Jadi Intervensi Gizi: BKKBN Jabar Bagikan Daging untuk Cegah Stunting di Lingkungan KRS

Sabtu, 7 Juni 2025 - 13:46 WIB

Kenapa BI Fast Pada Sabtu 7 Juni 2025 Tidak Bisa Digunakan ?

Berita Terbaru

PERTANIAN

Manfaat Teknologi Nuklir Untuk Pertanian dan Peternakan

Minggu, 8 Jun 2025 - 20:49 WIB

PETERNAKAN

Ternak Ayam Petelur di Rumah Dengan Skala Kecil 5 Ekor

Minggu, 8 Jun 2025 - 19:13 WIB

PERIKANAN

Budidaya Ikan Nila Di Lahan Ukuran 2 x 3 Meter

Minggu, 8 Jun 2025 - 19:07 WIB

SERBA SERBI

Download Video di Facebook Tanpa Aplikasi

Minggu, 8 Jun 2025 - 18:26 WIB