KETIKA komunitas global hari-hari ini nyaris tercabik-cabik oleh konflik dan perang di beberapa kawasan, Prabowo Subianto selaku presiden terpilih diharapkan terus mengembangkan peran dan kontribusi Indonesia di ranah internasional untuk memperkokoh stabilitas Asia tenggara. Prabowo juga diharapkan memperkokoh Keselarasan dan kesesuaian antar-anggota ASEAN, maupun ASEAN dengan sejumlah negara mitra. Harmoni di lingkungan ASEAN maupun ASEAN dengan negara-negara mitra akan memungkinkan semua persoalan bisa diselesaikan dengan dialog.
Memberi perhatian khusus pada stabilitas Asia Tenggara dan Asia-Oseania pada umumnya cukup relevan jika dikaitkan dengan situasi global dewasa ini. Ketegangan di Timur terus tereskalasi. Di Eropa Timur, perang antara Rusia-Ukraina tak kunjung usai. Komunitas bangsa-bangsa di Asia sudah pasti berharap tidak ada konflik senjata atau perang di benua ini. Namun, bangsa-bangsa di Asia juga sudah lama mencatat dan mengakui adanya masalah yang harus disikapi dengan bijaksana demi terjaganya stabilitas di benua ini. Paling utama, sebutlah persoalan konflik kepentingan di Laut Cina Selatan yang melibatkan Tiongkok dengan beberapa negara di lingkungan ASEAN, maupun masalah disharmoni antara Tiongkok dengan Taiwan.
Menolak dialog dan pendekatan damai lainnya, beberapa negara dan kelompok perlawanan di Timur Tengah membuat sebagian kawasan itu ibarat neraka bagi warga sipil. Hari-hari ini, sebagaimana bisa disimak dari berbagai pemberitaan, sejumlah wilayah di kawasan Timur Tengah porak poranda akibat saling serang menggunakan rudal oleh negara atau kelompok-kelompok perlawanan yang memilih opsi berperang untuk menyelesaikan pertikaian di antara mereka.
Di Eropa Timur, Rusia dan Ukraina seperti menemui jalan buntu setelah pendekatan damai tak membuahkan hasil. Kekuatan militer kedua negara masih saling melancarkan serangan bersenjata yang menyebabkan kerusakan dan menimbulkan penderitaan warga sipil. Berpijak pada fakta itu, cukup alasan untuk mengatakan negara-negara di kedua kawasan itu gagal merawat dan memelihara stabilitas kawasan. Jelas bahwa kedua kawasan dimaksud tidak layak untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif.
Maka, bangsa-bangsa di Asia layak belajar dari pengalaman buruk negara-negara di Timur Tengah dan Eropa Timur yang gagal merawat dan memelihara stabilitas kawasan. Asia pada umumnya, dan Asia Tenggara khususnya, haruslah tetap menjadi kawasan yang dinamis dan kondusif. Asia yang dinamis dan kondusif ditentukan oleh kemauan bangsa-bangsa di benua ini memperkokoh Keselarasan dan kesesuaian dalam mewujudkan kepentingan pembangunan masing-masing negara.
Tentu saja upaya memperkokoh keselarasan dan kesesuaian (harmonisasi) itu tidak bertujuan mengubur begitu saja persoalan-persoalan riel yang mengemuka sejak lama. Sebaliknya, demi terjaganya stabilitas dan kondusifitas benua ini, bangsa-bangsa di Asia ditantang untuk menyelesaikan persoalan riel itu dengan dialog dan pendekatan damai. Tak perlu memberi tekanan dengan mengerahkan kekuatan militer dan persenjataan modern.
Dalam konteks merawat dan memperkokoh stabilitas Asia Tenggara itulah sosok Prabowo Subianto menjadi menarik untuk diperhatikan. Dalam hitungan hari, Prabowo akan segera dilantik menjadi dan menjabat Presiden Republik Indonesia. Pada waktunya nanti, dia tak hanya akan dilihat sebagai Presiden indonesia, tetapi figur Prabowo pun akan dimaknai sebagai salah satu tokoh dan pemimpin Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Setelah berakhirnya perang Vietnam pada dekade 70-an, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan paling dinamis dan kondusif.
Kehadiran dan peran Prabowo dalam merawat dan memperkokoh stabilitas Asia Tenggara sudah pasti sangat diharapkan oleh berbagai elemen dan komunitas di lingkungan ASEAN. Hari-hari ini, saat komunitas global gelisah oleh eskalasi konflik dan perang di Timur Tengah serta Eropa Timur, fakta itu menjadi semacam pesan kepada para pemimpin negara-negara ASEAN. Pesannya sederhana saja; bahwa para pemimpin negara-negara ASEAN patut belajar dari kegagalan para pemimpin negara-negara di Timur Tengah dan Eropa Timur merawat stabilitas di kedua kawasan itu.
Tentu saja pesan itu secara tidak langsung dialamatkan juga kepada pemimpin Indonesia. Sebagaimana diketahui, eskalasi ketegangan di Timur Tengah dan Eropa Timur bahkan berpotensi menyulut perang dalam skala yang lebih luas, karena beberapa negara yang yang sejatinya berada di luar konflik ikut-ikutan memberi dukungan militer dan persenjataan kepada mereka yang sedang berperang.
Dalam konteks itulah memberi perhatian khusus pada stabilitas Asia Tenggara menjadi sangat relevan. Siapa pun pasti menghendaki kawasan ASEAN harus tetap dinamis dan kondusif agar selalu ada ruang untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat di Asia Tenggara. Untuk itu, para pemimpin ASEAN tidak boleh gagal merawat stabilitas Asia Tenggara. Sebaliknya, stabilitas Asia tenggara harus terus diperkokoh oleh para pemimpin ASEAN. Untuk kepentingan itu, pemimpin ASEAN perlu berinisiatif memperkokoh keselarasan dan kesesuaian ASEAN dengan sejumlah negara mitra seperti Amerika Serikat, Australia, Tiongkok, India, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Rusia, Selandia Baru dan Uni Eropa.
Benih untuk mwujudkan keselarasan dan kesesuaian itu sudah ditanamkan Prabowo. Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto telah melakukan kunjungan kerja ke sejumlah negara dalam beberapa bulan belakangan ini. Sudah barang tentu, sosok Prabowo pun dilihat dan dimaknai sebagai bakal Presiden Indonesia, setelah dia memenangkan Pemilihan Presiden dalam Pemilu 2024. Prabowo setidaknya telah mengunjungi lebih dari 10 negara, termasuk Singapura, Tiongkok, Jepang, Rusia, dan Australia. Berbagai kalangan di luar negeri coba memaknai rangkaian kunjungan kerja itu menurut sudut pandang mereka.
Media Singapura, The Straits Times, menurunkan artikel berjudul “Prabowo miliki rencana besar untuk Indonesia di kancah dunia”. Artikel ini diterbikan pada Sabtu (21/9). “Dengan proaktif di ranah internasional, Prabowo diharapkan membuat Indonesia lebih mudah berkomunikasi dengan negara lain, serta berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik jika diperlukan,” demikian tulis The Straits Times.
Prabowo, bersama para pemimpin ASEAN lainnya, tentu diharapkan lebih fokus pada pendekatan merawat stabilitas Asia Tenggara. Berpijak pada fakta tentang potensi masalah di Laut Cina Selatan yang bersentuhan langsung dengan kepentingan beberapa negara anggota ASEAN, Prabowo dan ASEAN diharapkan dapat mengelola masalah itu dengan penuh kebijaksanaan.