Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi Kota Bandung pada November 2024 berada pada angka 0,2 persen secara bulanan (MtM), 1,24 persen secara tahunan (YoY), dan 1,21 persen secara kumulatif (YtD). Angka ini lebih rendah dibandingkan target inflasi nasional sebesar 2,5 persen.
Meski demikian, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung terus menyusun strategi penambahan permintaan barang dan potensi dampak cuaca ekstrem menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) untuk mengendalikan inflasi daerah.
Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara menyampaikan, pemerintah harus proaktif menghadapi kenaikan permintaan konsumsi barang yang biasanya terjadi pada akhir tahun.
“Kita harus memastikan ketersediaan barang kebutuhan pokok tetap aman dan harga terkendali. Selain itu, dampak cuaca ekstrem juga perlu diantisipasi untuk menghindari gangguan distribusi,” ujar Koswara saat membuka High Level Meeting TPID Kota Bandung di Hotel Grand Tjokro (3/12/2024).
Ia juga menyoroti perlunya koordinasi lintas sektor untuk menjamin kelangsungan program perekonomian di tahun 2025.
“Sinkronisasi program anggaran harus menjadi prioritas untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Kota Bandung,” kata Koswara.
Pertemuan Tingkat Tinggi ini menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas inflasi dan perekonomian Kota Bandung.
Dengan berbagai langkah strategi yang telah disusun, Koswara optimis mampu menghadapi tantangan ekonomi pada akhir tahun ini.
“Kolaborasi yang kuat menjadi kunci inflasi tetap terkendali dan kesejahteraan masyarakat meningkat,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, Samiran mengatakan, meski inflasi terkendali, Pemda Kota Bandung harus tetap mewaspadai potensi peningkatan strategi harga komoditas seperti telur ayam dan daging ayam ras.
“Lonjakan harga pada komoditas ini dapat berdampak signifikan pada daya beli masyarakat dan garis kemiskinan,” ucapnya.
Dalam upaya menjaga stabilitas harga, Kepala Bulog Cabang Bandung, Imam Firdaus Jamal menyatakan kesiapan dalam mengendalikan inflasi dengan memastikan strategi stok komoditas tersedia. Saat ini, Bulog memiliki 10.500 ton beras medium, 137 ribu liter minyak goreng, dan 125 ribu kilogram gula putih.
“Kami siap mendukung pengendalian inflasi melalui intervensi pasar, terutama pengendalian curah hujan tinggi hingga Februari 2025,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Stasiun Bandung Teguh Rahayu mengingatkan potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat, angin kencang, dan kilat, yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2025.
“Kami mengimbau masyarakat dan pelaku usaha untuk terus mewadahi informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG. Risiko di sektor pertanian dan distribusi perlu dikelola dengan baik,” ujarnya.