Jakarta, 15 Agustus 2024 – Implementasi Kurikulum Merdeka menjadi angin segar bagi warga satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Konsep fleksibilitas dan keberpihakan pada murid yang diusung dalam Kurikulum Merdeka memungkinkan para murid untuk belajar dengan suasana yang lebih menyenangkan dan ceria.
Tidak lagi terpaku pada text book dan pembelajaran satu arah, Kurikulum Merdeka mengajak para guru dan murid untuk menjadi ‘subjek’ dalam pembelajaran, sehingga menciptakan pembelajaran dua arah yang interaktif dan menyenangkan. Dengan adanya Kurikulum Merdeka, para murid memungkinkan untuk melakukan pembelajaran sambil bermain. Meskipun dikemas dengan cara yang menyenangkan, materi dan ilmu yang diperoleh para murid tentu tetap berkualitas dan bermakna.
Praktik pembelajaran Kurikulum Merdeka yang menyenangkan di sekolah menengah tersebut sudah dirasakan oleh seorang bernama Siti Aisah, murid kelas 12 di SMA Negeri 1 Long Iram, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Melalui karyanya dalam Potret Cerita Kurikulum Merdeka 2024, Siti menceritakan keseruannya ketika mengikuti pembelajaran di kelas dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Ia dan teman-temannya diminta oleh gurunya untuk membuat peta konsep pembelajaran dengan mengkombinasikan permainan atraktif, pengetahuan tradisional, dan teknologi digital. Melalui karyanya tersebut, Siti menceritakan proses pembelajaran Sejarah yang diampu oleh seorang guru bernama Aditya Ajeng Swastama. Dalam pembelajaran tersebut, Aditya mengajak para muridnya untuk membuat materi presentasi dengan menggunakan media Canva.
Siti, sebagai seorang murid merasa media Canva ini cukup unik dan menyenangkan, selain itu penggunaan media Canva dalam pembelajaran juga dianggap dapat meningkatkan kreativitas mereka. Setelah membuat presentasi sederhana dengan canva, sang guru mengajak Siti dan kawan-kawan sekelasnya untuk bermain bola estafet sambil menyanyikan lagu daerah, Ampar-Ampar Pisang. Murid yang memegang bola ketika lagu sudah berakhir adalah murid yang akan mempresentasikan hasil kerjanya. Siti menganggap konsep pembelajaran yang seperti ini justru membuatnya semakin terpacu untuk belajar tanpa ada rasa takut. Ia juga menganggap bahwa suasana belajar yang menyenangkan membuat materi yang disampaikan menjadi mudah dicerna.
“Yang menarik dari Kurikulum Merdeka, kami dibebaskan untuk berkreasi. Kami bisa terjun langsung melalui P5. Kami mendapat kesempatan untuk terjun langsung dalam bidang demokrasi seperti pemilu Ketua OSIS serta bidang bisnis seperti bazar makanan dan kerajinan (kerajinan rajut),” kata Siti menceritakan pengalaman menyenangkannya dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
“Jadi kami diberi wadah khusus untuk bisa lebih berkembang tergantung minat dan bakatnya. Kami juga difasilitasi pelatihan membuat buket bunga yang memiliki peluang sangat besar. Saya menikmati semua kegiatan yang diselenggarakan.” imbuh gadis berusia 17 tahun itu.
Sebagaimana disampaikan Siti, selain memberikan pengalaman pembelajaran di kelas yang menyenangkan, implementasi Kurikulum Merdeka juga telah memberikan wadah bagi para murid untuk menguatkan karakter dan mengembangkan bakat sertakesukaannya melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada murid untuk berkreasi. Kegiatan yang ditawarkan pun disesuaikan dengan kebutuhan para murid dan bisa menjadi wadah bagi murid untuk mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya.
Tidak ketinggalan, Kurikulum Merdeka juga mendorong murid untuk lebih peka dengan kondisi dan potensi yang ada di sekitar. Siti menceritakan bahwa gurunya pernah memberikannya tugas untuk belajar langsung di kebun durian. Mengingat daerah tempat tinggalnya merupakan salah satu daerah penghasil buah durian terbesar, Siti dan teman-temannya diminta untuk membuat sebuah konsep sederhana agar potensi durian tersebut dapat dikenal secara nasional dan internasional serta memiliki nilai jual yang tinggi. Siti menyebutkan bahwa tugas yang diberikan tersebut sama sekali tidak membebaninya dan justru menjadi salah satu ajang baginya untuk berpikir kritis.
Selain Siti, praktik Kurikulum Merdeka yang menyenangkan juga dirasakan oleh Ryan Jefferson Ho. Murid kelas 12 SMA Negeri 1 Balikpapan tersebut juga menceritakan keseruannya di sekolah melalui karya Potret Cerita 2024. Melalui karya tersebut, Ryan menceritakan bahwa sekolahnya merupakan salah satu sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 1 Balikpapan telah menyediakan wadah bagi Ryan dan kawan-kawan untuk berkreasi dan berkembang. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, wadah yang disediakan pun beragam, seperti bidang kebudayaan, bidang seni, bidang olahraga, serta bidang kepemimpinan dan pengembangan diri.
“Dulu saya merupakan murid yang cukup tertutup dan pemalu. Namun, saya diberikan wadah untuk berkembang sesuai dengan minat saya. Melalui bidang pengembangan diri, lambat laun saya mulai belajar public speaking,” cetus Ryan yang menunjukkan kepiawaiannya dalam public speaking.
Ryan sangat pandai dan menyukai public speaking. Para guru di sekolahnya pun juga mendukung sepenuhnya keahliannya tersebut. Untuk mewadahi bakatnya tersebut, seorang guru di SMA Negeri 1 Balikpapan pernah menugasi Ryan untuk mewawancarai sejumlah masyarakat Kota Balikpapan serta mengumpulkan data terkait dengan kebudayaan dan pariwisata lokal. Selain itu, Ryan juga pernah berkesempatan untuk menjadi moderator dalam kegiatan capacity building dan seminar tentang Kurikulum Merdeka.
Ryan mengakui bahwa guru-guru di sekolahnya selalu mendukung potensi dan kegemaran para murid di sekolahnya. Ia merasa seluruh kebutuhannya dan teman-temannya sangat diperhatikan dan diprioritaskan. Bahkan ia juga merasa bahwa tampak seperti tidak ada jarak antara dirinya dengan para guru di sekolahnya.
“Dalam belajar dan mewujudkan cita-cita, aku tidak pernah merasa sendiri. Ada teman-teman dan guru-guru yang selalu berjuang bersamaku,” kata Ryan penuh semangat. Ia menyadari bahwa implementasi Kurikulum Merdeka yang tepat memberikan dampak yang luar biasa baginya. Ia merasa memiliki tempat yang tepat untuk mengembangkan potensinya.
Terkait dengan pengalaman belajar Siti dan Ryan melalui Kurikulum Merdeka, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril mengungkapkan, bahwa Kurikulum Merdeka benar-benar menjadikan murid sebagai center of interest.
Kebutuhan dan potensi para murid menjadi fokus utama dalam pembelajaran. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga memberi fleksibilitas bagi sekolah untuk berinovasi dan merancang kurikulum operasional yang sesuai dengan visi misi sekolah, sesuai dengan fasilitas yang dimiliki, dan dengan karakteristik muridnya.
“Fleksibilitas juga diberikan kepada guru untuk menyesuaikan materinya dengan kemampuan awal muridnya, untuk memastikan bahwa pembelajaran yang diberikan memiliki level tantangan yang tepat untuk mendorong murid belajar,” kata Iwan.
Proses penguatan karakter murid melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, lanjut Iwan, juga menjadi bagian penting dalam penerapan Kurikulum Merdeka, karena karakter tidak bisa dikembangkan hanya melalui pelajaran akademik di kelas saja.
“Penerapan Kurikulum Merdeka dengan baik adalah sebuah proses belajar. Belajar untuk mengubah cara pandang dan praktik pembelajaran. Dari mengajar sebagai menyelesaikan materi yang ada di kurikulum, menuju paradigma yang lebih berorientasi pada murid. Pengalaman Ryan dan Siti membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka telah mewujudkan mimpi-mimpi murid menuju sekolah yang dicita-citakan,” terang Iwan.