Teheran – Tel Aviv, 21 Juni 2025 — Ketegangan antara Iran dan Israel kian memuncak setelah Iran dilaporkan meluncurkan rudal balistik hipersonik dalam serangan presisi tinggi yang menghantam markas intelijen militer Israel. Target yang dihancurkan diduga merupakan fasilitas vital milik IOF C4I Directorate — unit yang mengelola komando, kontrol, komunikasi, komputer, dan intelijen Angkatan Bersenjata Israel.
Media pemerintah Iran melaporkan bahwa rudal yang digunakan dalam serangan itu adalah Fattah-2, rudal hipersonik terbaru yang diklaim memiliki kecepatan lebih dari Mach 12 dan mampu menghindari sistem pertahanan Iron Dome maupun Arrow 3.
“Ini bukan sekadar respons militer, ini adalah pesan strategis. Kami tahu di mana pusat kendali mereka, dan kami telah menunjukkan bahwa kami bisa menembusnya,” ujar seorang pejabat senior Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) kepada kantor berita Fars.
Sumber militer Israel mengakui bahwa terjadi kerusakan parah pada salah satu fasilitas komunikasi pertahanan di wilayah Negev, namun menolak memberikan rincian lebih lanjut. Media lokal menyebut sejumlah sistem pengendali drone dan jaringan komunikasi militer mengalami “pemadaman total” selama beberapa jam pasca serangan.
Serangan ini dinilai sebagai pukulan serius terhadap tulang punggung komunikasi tempur militer Israel. C4I Directorate selama ini berfungsi sebagai “otak digital” untuk koordinasi operasi darat, udara, dan laut, serta sebagai penghubung antara Mossad dan militer reguler.
Pemerintah Israel langsung menggelar rapat keamanan darurat dan memperingatkan kemungkinan balasan militer besar. PM Benjamin Netanyahu menyebut serangan itu sebagai “eskalasi besar-besaran yang akan mendapat jawaban sepadan.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi membela tindakan tersebut sebagai bentuk “pertahanan aktif” dan menegaskan bahwa Iran hanya merespons provokasi dan serangan sebelumnya terhadap fasilitas diplomatik dan konsuler Iran di luar negeri.
“Kami tidak mencari perang, tapi kami tidak akan membiarkan agresi terus-menerus terhadap bangsa dan aset strategis kami. Musuh harus tahu bahwa era kebal telah berakhir,” kata Araghchi dalam konferensi pers di Jenewa.
Sejumlah negara menyerukan penahanan diri dan mendesak pembukaan jalur diplomasi sebelum konflik regional ini berubah menjadi perang besar di Timur Tengah.
Editor: Redaksi Klopakindonesia.com
Kategori: Internasional | Pertahanan & Keamanan | Timur Tengah