GARUT — Kabupaten Garut kembali mencatat sejarah baru dengan hadirnya Laboratorium Pelatihan Program Bangga Kencana pertama di Indonesia. Fasilitas yang berlokasi di Kampung Curug Pesantren, Desa Karyasari, Kecamatan Banyuresmi ini diresmikan pada 28 November 2025 melalui kerja sama Kemendukbangga/BKKBN, Pemerintah Kabupaten Garut, Pemerintah Desa Karyasari, serta Rumah Amal Salman ITB.
Peresmian berlangsung dengan dihadiri Wakil Bupati Garut Putri Karlina, Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat Dadi Ahmad Roswandi, Kepala Balai Diklat KKB Garut Tohirin Hasan, serta perwakilan Yayasan dan Rumah Amal Salman ITB.
Wakil Bupati Garut menyampaikan apresiasi atas sinergi yang terbangun dalam pendirian laboratorium ini. Menurutnya, fasilitas tersebut merupakan langkah maju dalam memperkuat ketahanan keluarga dan meningkatkan kapasitas masyarakat.
“Saya berharap ini berkelanjutan terus dan dicontoh oleh desa-desa lain,” ujarnya.
Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat, Dadi Ahmad Roswandi, menegaskan bahwa laboratorium ini menjadi yang pertama di Indonesia dalam implementasi program Bangga Kencana.
“Kita harapkan ini menjadi episentrum pendidikan dan pelatihan, tempat belajar bagi berbagai kementerian/lembaga serta stakeholder dalam pembangunan keluarga di Indonesia,” jelasnya.
Ia juga menyoroti capaian penurunan prevalensi stunting di Jawa Barat yang kini berada pada angka 15,9 persen, sementara Garut menunjukkan tren positif dengan capaian 14 persen. Menurutnya, keberadaan laboratorium ini dapat menjadi pusat praktik terbaik melalui integrasi pelatihan seperti pertanian organik, budidaya ikan, hingga pemanfaatan hasil panen untuk mendukung keluarga berisiko stunting.
Inisiator dan pengelola laboratorium, Tohirin Hasan, menambahkan bahwa model pelatihan di lokasi ini tidak lagi hanya berbasis kelas, tetapi langsung berada di tengah masyarakat.
“Ini benar-benar kembali ke alam, melakukan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat,” tegasnya.
Dari sisi pemerintahan desa, Kepala Desa Karyasari, Gaya Mulyana, menyatakan dukungan penuh dan melihat fasilitas ini sebagai peluang besar untuk menjadi model bagi desa lain. Budidaya ikan nila dan sayuran yang dikembangkan merupakan hasil kolaborasi pemerintah desa bersama Rumah Amal Salman dan tokoh masyarakat setempat.
“Mudah-mudahan ke depan ini menjadi pilot project untuk semua wilayah, terutama desa-desa di Kabupaten Garut,” ujarnya.
Direktur Rumah Amal Salman ITB, Syachrial, menjelaskan bahwa kolaborasi ini diharapkan dapat berjalan jangka panjang dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari pemerintah, akademisi, perusahaan lokal, hingga masyarakat.
“Harapannya ini jadi laboratorium nyata, tempat bertemu langsung dengan persoalan stunting, perangkat desa, dan akademisi. Ini jadi tempat kolaborasi yang hidup,” katanya.
Rumah Amal Salman sendiri telah bekerja sama dengan pesantren setempat selama satu dekade dalam pemanfaatan lahan. Kolaborasi ini diyakini mampu melahirkan inovasi yang adaptif sesuai kebutuhan wilayah masing-masing.
“Semoga bisa diduplikasi, meskipun tiap wilayah berbeda. Kami siap mendampingi dengan dukungan ahli ITB dan mahasiswa,” tambahnya.
Peresmian laboratorium pelatihan ini menjadi tonggak penting bagi Garut sebagai daerah percontohan nasional dalam integrasi program Bangga Kencana, penguatan ketahanan pangan keluarga, dan percepatan penurunan stunting melalui pendekatan kolaborasi pentahelix.
















