KlopakIndonesia — Pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics) semakin diakui sebagai fondasi penting dalam menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. Untuk itu, SEAMEO Regional Centre for Science and Mathematics (RECSAM), SEAMEO Regional Centre for STEM Education (STEM-ED), dan SEAMEO Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) berkolaborasi menggelar Forum on STEM Education in Southeast Asia yang bertajuk “Empowering Southeast Asian Educators and Learners with Modern STEM Education”, di Bali, Kamis (25/9).
Forum ini menjadi ruang kolaboratif bagi para pendidik dan peserta didik di Asia Tenggara untuk memperkuat pendidikan STEM melalui dialog, demonstrasi, serta kemitraan strategis. Dalam menghadapi era transformasi digital yang cepat, pendidikan STEM hadir sebagai katalis untuk menumbuhkan keterampilan abad ke-21, literasi digital, serta kemampuan memecahkan masalah yang menjadi bekal penting bagi masyarakat.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Suharti, secara resmi membuka forum tersebut. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa forum ini merupakan ruang untuk memperkuat pendidikan STEM sebagai landasan dalam menyiapkan pendidik dan peserta didik menghadapi era transformasi digital, perubahan iklim, dan kebutuhan tenaga kerja yang terus berubah. Untuk itu, dunia pendidikan di masa depan harus inovatif, inklusif, dan adaptif.
“Forum ini adalah wadah untuk dengan memberdayakan para guru, meningkatkan literasi digital, serta memastikan kecerdasan buatan dan pendidikan STEM dapat diakses dan berdampak bagi semua,” ucap Suharti.
Direktur SEAMOLEC, Cahya Kusuma Ratih, juga menekankan pentingnya forum ini di tengah perubahan global yang begitu cepat. “Kita perlu membekali peserta didik dengan keterampilan, kreativitas, dan ketangguhan untuk menghadapi masa depan dengan percaya diri. Itulah mengapa forum ini begitu penting,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Cahya menyoroti kolaborasi tiga pusat SEAMEO: RECSAM di bidang sains dan matematika, STEM-ED dengan fokus pada pendidikan STEM dan kerja sama regional, serta SEAMOLEC melalui inovasi pembelajaran terbuka dan teknologi pendidikan. “Bersama, kita memperkuat kolaborasi untuk menyediakan kesempatan pendidikan yang praktis, mudah diakses, dan berdampak nyata bagi guru dan peserta didik,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan peluncuran tiga inisiatif penting, yakni Southeast Asia Day of AI (SEAMEO STEM-ED), SciConnect untuk menjembatani sains dengan pendidikan dasar (SEAMEO RECSAM), serta versi Indonesia dari modul SEA-TEP (SEAMEO SEAMOLEC). “Setiap inisiatif ini menunjukkan bahwa inovasi lahir ketika kita bekerja bersama, saling berbagi gagasan, menyesuaikannya, dan mengubahnya menjadi aksi nyata yang bermanfaat bagi sekolah dan komunitas,” jelas Cahya.
Deputy Director and Head of Science Technology and Environment Partnership Centre, Ministry of Education Brunei Darussalam, Hajah Suriani Binti Haji Noor Hashim, turut menyampaikan pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan. Dalam paparannya yang bertajuk “Greening Education for Sustainable Southeast Asia”, ia menegaskan, “Pendidikan hijau penting untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan lingkungan masa kini, sekaligus membekali mereka dengan kemampuan dan keterampilan demi masa depan yang berkelanjutan.”
Melalui forum ini, negara-negara Asia Tenggara memperkuat tujuan bersama untuk memastikan literasi kecerdasan buatan dan pendidikan STEM menjadi penggerak inklusi, pemberdayaan, serta inovasi, khususnya bagi guru dan siswa di wilayah terpencil dan marjinal. Inisiatif ini sekaligus berkontribusi pada pencapaian SDG 4, kerangka kerja UNESCO, ASEAN Work Plan on Education, SEAMEO Strategic Plan, serta SEAMEO Priority Areas, dalam bidang Sains maupun Pendidikan, guna memperkuat masa depan digital kawasan secara kolaboratif, inovatif, dan beretika.
Dengan terobosan dan komitmen yang lahir melalui forum ini, SEAMEO menegaskan langkah bersama dalam memperkuat pendidikan STEM modern yang inklusif, berkelanjutan, dan relevan dengan tuntutan zaman. Forum ini menjadi tonggak penting dalam membekali generasi muda dengan keterampilan abad ke-21, literasi digital, serta kesadaran etis yang akan membentuk masa depan pendidikan dan pembangunan di kawasan Asia Tenggara.