PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang mengelola gerai Starbucks, baru saja mengumumkan bahwa 11 gerai Starbucks telah ditutup sepanjang kuartal I 2025. Ini merupakan langkah strategi yang diambil sebagai respons terhadap tekanan penurunan kinerja dan efek dari seruan boikot konsumen.
Boikot terhadap Starbucks di Indonesia muncul akibat persepsi bahwa perusahaan mendukung Israel, meski secara resmi Starbucks telah menyatakan tidak memiliki operasional di Israel sejak 2008. Corporate Secretary MAPI, Eva Andrianie, menegaskan bahwa hoaks tersebut menyebabkan penurunan jumlah pengunjung, vandalisme, bahkan pelajar yang dilarang membawa tumbler Starbucks di sekolah.
Sebelum kampanye boikot berkembang, Starbucks dikenal agresif memperluas jaringan dengan membuka sekitar 70–80 gerai per tahun. Namun pada 2025, rencana ini dipangkas drastis menjadi hanya 10–15 gerai baru. Menurut Eva Andrianie, “[kami] sangat mengurangi jumlah tersebut, hanya membuka sekitar 10 hingga 15 toko per tahun”.
Tidak hanya menutup 11 gerai, MAPB juga mencatat bahwa pada kuartal pertama terjadi aksi penutupan puluhan toko, yang sebagian merupakan rantai dari gelombang boikot tersebut. Meski demikian, perusahaan tetap optimistis dengan terus menyalurkan dukungan terhadap komunitas lokal, termasuk petani kopi Arabika di Indonesia—sebagai satu-satunya pengguna terbesar kopi Arabika lokal—dan mendukung ribuan petani serta pekerja di sektor ini.
Lebih lanjut, meski ada 16 gerai yang ditutup sepanjang tahun ini, grup usaha MAPB masih menargetkan pembukaan 40 gerai baru di lokasi strategis seperti Jabodetabek, Bali, Lombok, dan Batam. CEO MAPB Anthony Valentine Mc Evoy menyebut strategi tersebut tetap dijalankan dengan penuh kehati-hatian agar capex dan biaya operasional tetap terkendali.
Efek Boikot & Strategi Pemulihan
Efek boikot tidak hanya berdampak pada penjualan tetapi juga menciptakan tekanan psikologis terhadap sekitar 7.500 karyawan Starbucks. Corporate Secretary MAPB lainnya, Liryawati, menyebut bahwa staf mengalami tekanan karena logo—bahkan tumbler—menjadi simbol kontroversi.
Namun MAPB terus meyakinkan publik bahwa Starbucks tak memiliki operasional di Israel dan telah dihapus dari daftar boikot sejak tahun lalu. Meski sentimen negatif mulai mereda, pemulihan kepercayaan konsumen disebut masih dalam proses.
Kesimpulan
Penutupan 11 gerai Starbucks hingga kuartal I 2025 menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kampanye boikot terhadap kinerja bisnis di Indonesia. Namun di saat bersamaan, upaya restrukturisasi dan ekspansi selektif menunjukkan bahwa perusahaan masih optimistis memanfaatkan potensi pasar Indonesia, terutama dengan dukungan terhadap petani lokal dan tenaga kerja. Tantangan berikutnya akan berpusat pada pemulihan citra merek dan keseimbangan antara ekspansi dan efisiensi di masa mendatang.