Balada Gemol, Judol, dan Pinjol

Avatar photo

- Jurnalis

Jumat, 28 Juni 2024 - 15:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sungguh miris di negeri kita yang mayoritas muslim. Negeri yang sebetulnya kaya raya tapi dikelola ” teu baleg” berubah jadi negeri bansos.

Mahpud MD, mantan calon wakil presiden, pernah mengatakan bahwa ” kalau negeri ini dikelola dengan benar, perjiwa penduduk Indonesia bisa beroleh subsidi dari pemerintah kurang dari 40 juta.

Tapi kenyataannya? Sungguh miris di negeri jamrud khatulistiwa ini. Game Online (Gemol), Judi Online (Judol), dan Pinjaman Online (Pinjol) merajalela.

Anak anak dirusak dengan game online, yang dewasa dirusak dengan judi online, yang orang tua dengan pinjaman online.

Memang patut diakui daya rusak dan daya ledak serba online bikin bangsa ini muter tujuh keliling. Negara kita dibikin kocar kacir repot bukan kepalang.

Baca Juga :  PHK MASSAL DI MEDIA MASSA DAN LAHIRNYA ANGKATAN DISPLACED JOURNALISTS

Game online alias Gemol, bikin anak-anak kita nyandu. Siap siap saja babak belur baik keuangan dan kesehatan mental. Pecandu gemol memang mayoritas anak anak dan remaja. Gila bener. 73,7 % atau 193,7 juta orang di Indonesia penggemar gemol.

Judi online alias Judol sami mawon, sarua wae, sama saja. Daya rusaknya sungguh luar binasa. Bayangkan transaksi judol mencapai Rp101 triliun. Edun nggak?

Jebakan judol memang menggiurkan menjerat semua kalangan dari polisi, tentara,dokter, ASN, bahkan temuan 1000 orang anggota legislator adalah penjudeng. Fakta nyaris tidak ada yang hidupnya berubah menjadi sejahtera karena judi. Balangsak nu aya. Sementara para mafia, atau para sindikat mengeruk untung berlipat lipat.

Bagaimana dengan Pinjaman online alias Pinjol, ieu oge sarua gelona, sami mawon, sama aje, sarua keneh. Mereka awalnya menawarkan kemudahan, tapi diakhir ” nyekek”. Teman saya saja hampir bunuh diri gara gara pinjol.

Baca Juga :  PAPS, nasib sekolah swasta dan standarisasi kebijakannya

Di negeri yang kita cintai, sekarang ini memang darurat gemol, judol, dan pinjol. Dan memang begitu kenyataannya.

Kita berharap pemerintah dengan Satgasnya untuk bertindak tidak sekedar ala kadarnya, dengan cara cara biasa, tanpa menyentuh sumbernya.

Kata saya yang bodoh ( meureun..) kalau memberantas harus dari hulunya dari kepalanya. Memberantas kelas ecek ecekna mah percuma. Sarua jeung boong. Gembongna nu kudu diberantas Butuh keseriusan yang luar biasa. Ulah nyieun ide nu aneh aneh korban judol dimasukan peneriman bansos. Jelas atuh diketawain seantero jagat.

Hari Sinastio
28/06/2924

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Insinerator dan peliknya masalah sampah Kota Bandung
Haji oh Haji
Nadiem oh Nadiem
Kisah tragis dari Kampung Cae, Janji Pemimpin dan kepekaan sosial
PAPS, nasib sekolah swasta dan standarisasi kebijakannya
Tarif oh tarif
100 Hari Kepemimpinan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi masih bersipat Intuitif dan berpacu pada Konten Youtube
Ditunggu Langkah Nyata Dedi Mulyadi Untuk Menyukseskan Program Pendidikan 12 Tahun, Bukan Hanya Anak Nakal Yang Di Urus

Berita Terkait

Jumat, 3 Oktober 2025 - 14:37 WIB

Insinerator dan peliknya masalah sampah Kota Bandung

Rabu, 10 September 2025 - 09:26 WIB

Haji oh Haji

Rabu, 10 September 2025 - 09:15 WIB

Nadiem oh Nadiem

Minggu, 7 September 2025 - 05:23 WIB

Kisah tragis dari Kampung Cae, Janji Pemimpin dan kepekaan sosial

Rabu, 27 Agustus 2025 - 16:07 WIB

PAPS, nasib sekolah swasta dan standarisasi kebijakannya

Berita Terbaru