Kasus hilangnya tumbler milik seorang penumpang KRL bernama Anita Dewi yang sebelumnya viral di media sosial kini memasuki babak baru. Setelah sempat menyebut petugas KAI sebagai pihak yang bertanggung jawab atas hilangnya barangnya, keadaan justru berbalik dan berujung pada pemutusan hubungan kerja terhadap Anita.
Awal Kasus: Tumbler Hilang, Satpam KAI Disalahkan
Anita Dewi sebelumnya mengunggah curahan hati di media sosial mengenai tumbler yang berada di dalam cooler bag miliknya dan dinyatakan hilang saat menggunakan KA Komuter. Ia menuding bahwa petugas KAI tidak bertanggung jawab atas kehilangan barang tersebut.
Unggahan itu kemudian viral dan menyeret salah satu pegawai KAI bernama Argi. Dalam sebuah pesan yang dikirim kepada suami Anita, Argi mengaku terkena dampak besar dari viralnya curhatan tersebut.
Argi menuliskan:
“Sekarang pekerjaan saya di ujung tanduk (diberhentikan) karena bapak/istri bapak posting di salah satu media sosial. Demi Allah pak bukan saya yang ambil tumbler tersebut. Dampaknya sangat besar pak. Bapak sudah menghilangkan satu-satunya sumber pendapatan saya.”
Pernyataan ini memicu reaksi publik dan membuat banyak pihak menganggap Argi telah mengalami ketidakadilan.
KAI Membantah Pegawainya Dipecat
Setelah kabar pemecatan Argi ramai dibicarakan, Direktur Utama PT KAI (Persero), Bobby Rasyidin, membantah adanya pemberhentian terhadap pegawai tersebut. Ia menegaskan bahwa KAI tidak melakukan pemecatan terhadap petugas terkait sebagaimana informasi yang beredar.
Pernyataan ini membuat arah opini publik berubah. Jika sebelumnya banyak pihak berpihak pada Anita karena kehilangan barang, kini banyak yang menilai bahwa unggahan tersebut membawa dampak negatif yang tidak proporsional terhadap pekerja lapangan.
Berbalik Arah: Anita Dewi Justru Dipecat dari Tempat Kerja
Ketegangan kasus ini memuncak ketika akun resmi @daidanutama—perusahaan tempat Anita bekerja sebagai Finance Supervisor—mengeluarkan pernyataan resmi pada Kamis (27/11/2025).
Dalam unggahannya, perusahaan menyampaikan bahwa mereka telah menerima seluruh informasi, thread, bukti percakapan, dan laporan terkait tindakan Anita dalam kasus ini. Setelah menjalani proses investigasi internal, perusahaan menyatakan bahwa perilaku tersebut tidak merepresentasikan budaya kerja mereka.
Berikut isi pernyataannya:
“Kami turut prihatin atas pemutusan hubungan kerja yang dialami oleh karyawan perusahaan angkutan publik tersebut, dan sangat mengapresiasi setiap tindakan empati dan solidaritas berkaitan dengan kasus ini. Informasi kronologis kejadian, bukti-bukti thread dan percakapan, serta usulan-usulan untuk memberikan sanksi kepada yang bersangkutan sudah kami terima dan kami tanggapi secara serius. Tindakan yang digambarkan dilakukan oleh karyawan kami tersebut adalah tindakan yang tidak merepresentasikan nilai-nilai dan budaya kerja perusahaan kami. Kami telah melakukan proses investigasi dan mengambil tindakan sesuai peraturan yang berlaku. Dengan ini kami menginformasikan bahwa per tanggal 27 November 2025, yang bersangkutan sudah tidak bekerja lagi di perusahaan kami.”
Dengan demikian, kasus yang awalnya disorot sebagai kehilangan barang pribadi berujung pada konsekuensi besar bagi Anita sendiri.
Kasus tumbler hilang ini menjadi contoh bagaimana unggahan di media sosial dapat berdampak luas, bukan hanya bagi pihak yang dituduh, tetapi juga bagi si pengunggah sendiri. Ketidakhati-hatian dalam menyampaikan keluhan di ruang publik dapat berbalik menjadi konsekuensi yang lebih berat daripada masalah awal yang dihadapi.
















