Penurunan Stunting, Program atau Proyek

Avatar photo

- Jurnalis

Minggu, 1 Oktober 2023 - 19:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Klopak Indonesia – Stunting menurut Perpres No 72 tahun 2021 adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Stunting Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2015 adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk, terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Apakah istilah stunting ini dikenal dimasyarakat luas? Belum ada survey yang melakukannya tapi setidaknya istilah ini tidak dikenal sebelumnya oleh masyarakat. Dikalangan masyarakat jika ada anak dengan tinggi badan atau berat badan dibawah standar atau rata-rata umumnya anak seumuran diistilahkan anak kurang gizi. Istilah baru dari bahasa inggris ini menjadi istilah baru di masyarakat yang memang sebelumnya tidak dikenal.

Baca Juga :  Bey Machmudin Apresiasi Jabar Hattrick Juara Umum PON

Apakah Stunting ini merupakan program ataukah hanya sekedar melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan oleh Kementrian Keuangan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik maupun Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Sesuai dengan amanat Presiden Republik Indonesia mengenai percepatan penurunan stunting demi mewujudkan Indonesia Emas 2045, Kementrian Keuangan telah menyiapkan anggaran untuk menangani stunting yang terdiri atas anggaran untuk Kementrian/Lembaga di pemerintahan pusat.

Jika penurunan stunting ini berupa program maka dipastikan penurunan stunting ini akan secara signifikan membaik. Tidak mungkin stunting akan turun hanya dengan membangun opini bahwa stunting harus diturunkan dengan mengadakan berbagai proyek seminar, pelatihan kader maupun berbagai pertemuan yang membahas penurunan stunting.

Stunting akan turun jika program nyatalah yang dilakukan, gizi buruk terjadi sebagian besar karena para orang tua yang tidak mampu untuk memenuhi gizi anak balitanya, artinya asupan gizi tidak terpenuhi disebabkan para orang tua yang memiliki anak bergejala stunting ini berpenghasilan dibawah standar hidup layak, tidak dapat membeli atau memberikan makanan yang bergizi untuk anaknya, tidak dapat memberikan makanan sehat dan sesuai kebutuhan istrinya saat hamil menyebabkan anaknya saat dilahirkan memiliki berat kurang.

Baca Juga :  Dirut Sritex Kembali Diperiksa Kejagung, Terkait Dugaan Korupsi Kredit Bank

Untuk mengurangi stunting anggaran harus menyentuh langsung penyebab terjadinya stuntung. Memberikan makanan bergizi pada anak yang bergejala stunting sampai anak tersebut masuk kriteria normal, bukan hanya memberikan makanan bergizi hanya sekali saat kegiatan seremonial para pejabat daerah atau pusat datang. Program pemberian makanan bergizi untuk yang bergejala stunting dapat dilakukan dengan pengawasan Para Kader Posyandu di tingkat RW dengan supervisi oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan.

Bidan di daerahpun dapat berperan dalam mencegah lahirnya anak bergejala stunting dengan program sama yaitu memberikan makanan bergizi pada ibu yang hamil dengan kondisi keluarga kekurangan atau kategori tidak mampu membeli makanan bergizi.

Program nyata lah yang akan menurunkan stunting bukan proyek yang hanya sekedar menyerap anggaran. Seminar dan sosialisasi merupakan hal penting, memberikan makanan bergizi saat seremonial pun penting sebagai sosialisasi menuntaskan stunting tetapi memberikan makanan bergizi secara berkesinambungan akan menjamin keberhasilan stunting ini turun.

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pembinaan Kemendikdasmen Sukses Antarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di IMO 2025
Jasamarga Hentikan Layanan Top Up e-Toll di Gerbang Tol Cipularang dan Padaleunyi Mulai 4 Agustus 2025
Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Dirugikan Hingga Rp 99 Triliun
Satgas Pangan Temukan Dugaan Pidana dalam Kasus Beras Oplosan, Naik ke Tahap Penyidikan
Tiga Produsen Beras Premium Diduga Langgar Mutu Kemasan
Komunitas Freerunners Bandung Bikin Ulah di Event Marathon: Palsukan BIB hingga Bagi-Bagi Bir
HUT ke-1, Doksis Doakan RS Unpad Jadi Pelopor Pelayanan Unggul
KNKT Beberkan Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali

Berita Terkait

Jumat, 25 Juli 2025 - 21:22 WIB

Pembinaan Kemendikdasmen Sukses Antarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di IMO 2025

Jumat, 25 Juli 2025 - 13:16 WIB

Jasamarga Hentikan Layanan Top Up e-Toll di Gerbang Tol Cipularang dan Padaleunyi Mulai 4 Agustus 2025

Jumat, 25 Juli 2025 - 09:10 WIB

Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Dirugikan Hingga Rp 99 Triliun

Kamis, 24 Juli 2025 - 19:32 WIB

Satgas Pangan Temukan Dugaan Pidana dalam Kasus Beras Oplosan, Naik ke Tahap Penyidikan

Kamis, 24 Juli 2025 - 09:43 WIB

Komunitas Freerunners Bandung Bikin Ulah di Event Marathon: Palsukan BIB hingga Bagi-Bagi Bir

Berita Terbaru

Ilmu Pengetahuan

Perbedaan Antara Cumi‑Cumi dan Sotong

Jumat, 25 Jul 2025 - 09:38 WIB