Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengatasi penurunan harga ayam potong pasca-Lebaran, yang berdampak signifikan pada peternak mandiri. Berikut adalah upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan:
1. Penetapan Harga Minimal Ayam Hidup
Kementan menetapkan harga minimal ayam hidup ukuran 1,6–2,0 kg sebesar Rp20.000 per kg di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Langkah ini bertujuan untuk melindungi peternak mandiri dari fluktuasi harga yang tajam dan memastikan keseimbangan pasar.
2. Optimalisasi Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPHU)
Perusahaan integrator diwajibkan untuk menyerap lebih dari 30% dari total produksi internal mereka untuk dipotong di RPHU. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan pasokan di pasar dan membantu menjaga keseimbangan antara produksi dan permintaan .
3. Pengaturan Distribusi Anak Ayam Betina Sehari (DOC FS)
Harga DOC FS ditetapkan sebesar 25% dari harga ayam hidup ukuran 1,6–2,0 kg. Distribusi DOC FS dilakukan dengan proporsi maksimal 50% untuk internal dan minimal 50% untuk eksternal, guna memberikan kesempatan kepada peternak mandiri .
4. Pembagian Ayam kepada Masyarakat
Sebagai langkah sosial, perusahaan integrator, peternak mandiri, dan peternak UMKM dianjurkan untuk membagikan ayam hidup atau karkas kepada masyarakat yang membutuhkan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Langkah ini dilakukan di beberapa wilayah seperti Semarang, Solo Raya, dan Yogyakarta .
5. Pemangkasan Produksi Anak Ayam
Untuk mengendalikan pasokan, Kementan bekerja sama dengan pelaku usaha untuk memangkas produksi DOC FS sekitar 30%. Namun, upaya ini memerlukan waktu untuk memberikan dampak signifikan terhadap harga di tingkat peternak.
Meskipun langkah-langkah tersebut telah diambil, tantangan dalam menstabilkan harga ayam potong masih ada. Kementan terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kesejahteraan peternak dan stabilitas harga di pasar.
Harga pokok produksi (HPP) ayam potong dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi, biaya pakan, kesehatan ayam, dan biaya operasional peternakan. Namun, secara umum, berikut adalah komponen yang membentuk HPP ayam potong:
1. Biaya Pakan
Pakan merupakan komponen terbesar dalam HPP ayam potong, yang bisa mencapai 60-70% dari total biaya produksi. Biaya pakan per kilogram ayam potong berkisar antara Rp 12.000 hingga Rp 15.000, tergantung jenis pakan dan kualitas bahan baku.
2. Harga DOC (Day Old Chick)
Biaya pembelian DOC atau anak ayam usia sehari biasanya berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 6.000 per ekor, tergantung pada kualitas DOC dan jumlah pembelian.
3. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja untuk perawatan ayam (pemeliharaan, pemberian pakan, vaksinasi, pemantauan kesehatan, dll) juga menjadi bagian dari HPP. Ini dapat berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per ekor ayam, tergantung pada skala usaha.
4. Obat dan Vaksinasi
Untuk menjaga kesehatan ayam, biaya obat-obatan dan vaksinasi dapat mencapai sekitar Rp 1.000 hingga Rp 3.000 per ekor ayam.
5. Biaya Infrastruktur
Biaya untuk pemeliharaan kandang, peralatan, dan lainnya, meskipun biasanya tidak terlalu besar per ekor ayam, namun tetap harus dihitung. Rata-rata biaya per ekor dapat berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1.500.
6. Biaya Lain-lain
Biaya transportasi, penyuluhan teknis, dan administrasi juga berpengaruh pada HPP ayam potong, meskipun biasanya lebih kecil.
Estimasi HPP
Secara keseluruhan, HPP ayam potong per ekor bisa berkisar antara Rp 18.000 hingga Rp 25.000 per ekor, tergantung pada semua faktor di atas. Ini berarti untuk ayam hidup yang siap potong, biaya produksi bisa bervariasi, namun umumnya berada pada kisaran tersebut.
Namun, harga jual di pasaran seringkali lebih tinggi untuk menutupi margin keuntungan peternak dan pedagang.