Waspada! Deret Aplikasi Buatan Intelijen Israel Diduga Kumpulkan Data dan Lakukan Pelacakan

- Jurnalis

Sabtu, 12 Juli 2025 - 15:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dunia digital kembali diguncang dengan temuan mengejutkan terkait sejumlah aplikasi populer yang diduga kuat berasal dari perusahaan yang terafiliasi dengan badan intelijen Israel. Aplikasi-aplikasi ini tak hanya sekadar alat hiburan atau produktivitas, tapi juga dituding sebagai sarana pengumpulan data pengguna dan pelacakan aktivitas digital secara diam-diam.

Jejak Intelijen di Balik Aplikasi Populer

Investigasi dari lembaga internasional dan media terkemuka seperti Reuters mengungkap bahwa banyak aplikasi populer ternyata dikembangkan oleh perusahaan yang didirikan oleh mantan personel unit elit militer Israel, seperti Unit 8200 (divisi intelijen siber), Unit Mamram (unit TI IDF), hingga eks perwira Angkatan Udara Israel. Aplikasi-aplikasi ini menyasar pengguna global, termasuk dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Berikut adalah Beberapa Aplikasi Buatan Israel:

  • ZipoApps: Mengembangkan aplikasi seperti Collage Maker, Instasquare, dan Simple Gallery. Perusahaan ini dikenal mengubah aplikasi gratis menjadi aplikasi dengan iklan dan pelacak setelah akuisisi. Didirikan oleh mantan anggota Unit 8200.
  • Facetune (Lightricks): Aplikasi edit wajah populer dengan lebih dari 50 juta unduhan. Mengakses data lokasi dan identifikasi perangkat. Didirikan oleh mantan personel Unit 8200.
  • Bazaart: Editor foto berbasis kecerdasan buatan. Didirikan oleh mantan perwira intelijen IDF.
  • Supersonic (Unity Israel): Mengembangkan game populer seperti Going Balls, Bridge Race, dan Build a Queen. Salah satu penerbit game terbesar di dunia. Pendirinya merupakan eks kepala operasi Angkatan Udara Israel.
  • Playtika: Perusahaan game kasino seperti Slotomania dan House of Fun. Terdaftar di NASDAQ dengan pendapatan lebih dari US$2,5 miliar. Beberapa stafnya diketahui ikut wajib militer dalam konflik di Gaza.
  • Crazy Labs: Mengembangkan game seperti Phone Case DIY dan Sculpt People. Didirikan oleh mantan tentara IDF.
  • Moovit: Aplikasi transportasi publik yang juga digunakan di Jakarta. Didirikan oleh mantan personel Unit Mamram IDF.
  • CallApp: Aplikasi penyaring panggilan dengan lebih dari 100 juta pengguna. Didirikan oleh mantan anggota Unit 8200.
  • Gett dan Waze: Aplikasi ride-hailing dan navigasi GPS yang berasal dari Israel. Waze kini dimiliki oleh Google, namun dikembangkan oleh startup Israel dengan koneksi ke program militer.
Baca Juga :  Cara Memasang WhatsApp di Dua HP Dengan Nomor Yang Sama

Sejumlah aplikasi tersebut dituduh melakukan praktik seperti:

  • Mengumpulkan data lokasi, kontak, dan pola perilaku pengguna
  • Menempelkan pelacak iklan yang aktif meski aplikasi tak digunakan
  • Mengubah kebijakan privasi secara diam-diam pasca-akuisisi
  • Menggunakan model opt-in pelacakan yang tidak jelas atau menyesatkan

ZipoApps dan Supersonic, misalnya, sempat mendapat kritik keras dari komunitas keamanan digital karena praktik pelacakan yang tidak transparan.

Serangan Data yang Terselubung

Banyak dari aplikasi ini menyamar sebagai aplikasi fungsional seperti game ringan, editor foto, hingga navigasi. Dengan tampilan yang menarik dan ulasan tinggi, pengguna umum cenderung menginstalnya tanpa curiga. Padahal, di balik layar, aplikasi ini bisa menyedot informasi pribadi yang sangat sensitif.

Baca Juga :  Mengupas Tuntas Infinix XPAD GT: Tablet Gaming dengan Performa Kelas Flagship

“Ini bukan hanya soal privasi, tapi sudah menyentuh ranah kedaulatan digital. Ada potensi penyalahgunaan data untuk kepentingan geopolitik atau intelijen,” ujar seorang pakar keamanan dari Citizen Lab.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Sebagai pengguna internet, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa kita ambil:

  1. Teliti sebelum instal – Cari tahu siapa pengembang aplikasi.
  2. Periksa izin akses aplikasi – Jangan izinkan akses yang tidak relevan.
  3. Hapus aplikasi yang mencurigakan – Terutama yang jarang dipakai dan tak jelas pengembangnya.
  4. Gunakan aplikasi open-source atau lokal yang terpercaya.
  5. Selalu perbarui sistem keamanan perangkat.

Serangan siber dan praktik pengintaian kini tak lagi menggunakan metode klasik, melainkan menyusup lewat aplikasi yang kita gunakan setiap hari. Di tengah gempuran teknologi dan kebutuhan akan kenyamanan digital, masyarakat perlu lebih cermat dalam memilih aplikasi agar tidak menjadi korban pengumpulan data global yang terselubung.

Tetap waspada dan cerdas dalam bermedia digital — demi menjaga privasi, keamanan, dan kedaulatan data kita sebagai warga negara.

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Redmi Note 14 5G: HP Canggih di Bawah 4 Jutaan, Layar AMOLED & Kamera 108 MP!
Menkomdigi Meutya Hafid Bantah Akan Batasi WhatsApp Call hingga FaceTime: Hanya Terima Usulan Operator
HP Elite x360 1040 14 Inch: Laptop Bisnis Premium dengan Desain Fleksibel dan Fitur Keamanan Kelas Atas
Di Balik Jatuhnya Intel, Ada Kisah Kegagalan Melihat Tren
Mengupas Tuntas Infinix XPAD GT: Tablet Gaming dengan Performa Kelas Flagship
Huawei Segera Rilis Tablet MatePad Pro 12.2, Ini Harga dan Spesifikasinya
Ribuan Video YouTube Terancam Tak Bisa Dimonetisasi Mulai 15 Juli, Ini Penyebabnya
Microsoft Hentikan Dukungan Windows 10 Mulai Oktober 2025

Berita Terkait

Sabtu, 19 Juli 2025 - 18:20 WIB

Redmi Note 14 5G: HP Canggih di Bawah 4 Jutaan, Layar AMOLED & Kamera 108 MP!

Jumat, 18 Juli 2025 - 21:23 WIB

HP Elite x360 1040 14 Inch: Laptop Bisnis Premium dengan Desain Fleksibel dan Fitur Keamanan Kelas Atas

Rabu, 16 Juli 2025 - 17:33 WIB

Di Balik Jatuhnya Intel, Ada Kisah Kegagalan Melihat Tren

Rabu, 16 Juli 2025 - 15:02 WIB

Mengupas Tuntas Infinix XPAD GT: Tablet Gaming dengan Performa Kelas Flagship

Rabu, 16 Juli 2025 - 05:43 WIB

Huawei Segera Rilis Tablet MatePad Pro 12.2, Ini Harga dan Spesifikasinya

Berita Terbaru