KlopakInsonesia.Balikpapan – Karya-karya alumni program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun menjadi sorotan di stan pameran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam acara Syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di BSCC Dome, Balikpapan, Kalimantan Timur yang berlangsung pada 9—11 Juli 2025.
Hasil tangan para penenun muda tersebut bukan hanya sebagai bentuk pelestarian warisan budaya. Para lulusan program PKW tersebut mampu berdaya sehingga menjadi generasi muda yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga mandiri turut menjadi penggerak ekonomi lokal.
Sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, selain menampilkan demo pintal benang sebagai langkah utama dalam menenun, Kemendikdasmen melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus juga menampilkan 34 produk karya dari penenun muda alumni program PKW Tekun Tenun dari berbagai daerah di Indonesia. Karya-karya yang ditampilkan mengangkat wastra nusantara dan kreasi tangan khas barat sampai timur Indonesia.
Salah satu karya yang ditampilkan adalah tenun gebeng karya dari penenun muda dari Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang bernama Tiarada atau biasa disapa Rada. Memiliki minat semenjak melihat sang ibu menenun songket. Rada memutuskan untuk mengikuti program PKW Tekun Tenun di tahun 2024. Dari pelatihan tersebut, ia berkenalan lebih jauh dengan tenun gebeng, tenun khas Ogan Ilir.
“Awalnya memang masih belum terbiasa menenun, tetapi saat ini saya sudah menerima pesanan, baik dari pesanan untuk Dekranas maupun pesanan secara khusus melalui media sosial,” terang Rada.
Rada menceritakan bahwa tenun gebeng kaya akan cerita historis. Tenun gebeng lahir dari dari tenun songket. Pada zaman dahulu, saat penenun ingin membuat songket, mereka kehabisan benang emas yang menjadi benang utama pembuat songket. Mulai dari situlah, leluhur Ogan Ilir membuat motif sendiri dengan menggunakan benang sutra atau katun sehingga lahirlah tenun gebeng.
“Saya bangga jadi perajin tenun gebeng. Dalam satu kain saya bisa mendapatkan Rp800 ribu s.d. Rp1,5 juta rupiah tergantung ukuran dan jenis benangnya,” ungkap Rada.
*Penenun Difabel Berdaya*
Program PKW Tekun Tenun juga mempersiapkan penenun andal dari perajin disabilitas. Contohnya di Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo, yang melatih tiga peserta disabilitas. Salah satunya adalah Veni Milan, yang merupakan penyandang tunawicara.
Dengan latar belakang keluarga kelas menengah ke bawah dan memiliki keterbatasan, hal ini membuat Veni sempat patah semangat. Akan tetapi, di tengah keputusasaannya, motivasinya kembali bergelora dengan mengikuti program PKW Tekun Tenun di tahun 2022.
“Saya juga dulu menganggur dan tak tahu mau bekerja apa karena memiliki kekurangan,” ungkap Veni menggunakan bahasa Isyarat.
Setelah mengikuti pelatihan bersama 63 peserta lainnya, Veni pun sangat tertarik dengan tenun songket. Menurutnya, menenun itu seperti terapi yang bisa memberikannya ketenangan. Dari mengikuti program PKW pula, ia mengetahui bagaiamana menjadi wirausaha muda yang melestarikan kain tradisional.
“Sekarang saya mampu membeli barang-barang untuk keperluan sendiri dari hasil menenun. Setiap bulan saya mampu menghasilkan satu sampai tiga kain,” ujar Veni lebih lanjut.
*Komitmen Kemendikdasmen*
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, menyampaikan bahwa program PKW Tekun Tenun merupakan implementasi program pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Menurut Tatang, pelatihan ini memfasilitasi anak putus sekolah (APS) dan juga tidak memiliki pekerjaan melalui pendidikan nonformal.
“Kerajinan lokal menjadi budaya dan tradisi yang mengajarkan para alumni untuk penguatan keterampilan sekaligus ketekunan dan kreativitas,” ungkap Tatang.
Lebih lanjut, Dirjen Tatang berpesan agar lulusan mampu terus beradaptasi dengan pengembangan teknologi. Di era digitalisasi, sangat penting untuk menilik media sosial sebagai upaya pemasaran serta menciptakan kreasi busana yang sesuai dengan tren saat ini.
Sebagai informasi, Program PKW Tekun Tenun merupakan program kolaborasi antara Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus Kemendikdasmen dengan Dekranas dalam mempersiapkan penenun andal yang melestarikan budaya bangsa. Dengan pelatihan tersebut, para lulusan diharapkan mampu mandiri dan berdaya menjadi wirausaha muda.
Dengan semangat inklusif dan inovatif, program ini menjadi bagian penting dalam mencetak wirausaha muda yang bangga terhadap budaya lokal serta siap bersaing di era digital. Harapannya, semakin banyak anak muda Indonesia yang terinspirasi untuk terus berkarya, memberdayakan diri, dan menjadi bagian dari penggerak ekonomi berbasis budaya di daerahnya masing-masing.