KlopakIndonesia.com – Media sosial diramaikan oleh gelombang kemarahan dan kekecewaan publik menyusul viralnya video seorang pria yang histeris kehilangan istrinya, Ulfa Yulia Lestari, usai dirawat di RSUD Cibabat, Cimahi. Dalam video berdurasi singkat itu, sang suami menangis sambil berteriak, menuding adanya kelambanan penanganan medis hingga sang istri meregang nyawa.
Rekaman tersebut sontak menyulut amarah warganet. Ribuan komentar bermunculan di berbagai platform, terutama TikTok, X (Twitter), dan Instagram. Tagar #RSUDCibabat dan #KeadilanUntukUlfa pun sempat trending lokal di Jawa Barat.
“Ini bukan sekadar soal pelayanan buruk, ini nyawa manusia! Kalau pasien umum bisa ditangani cepat, kenapa pasien BPJS tidak?” tulis akun @nurul*** di kolom komentar Instagram.
“Saya pernah bawa ibu saya ke RSUD Cibabat. Antrinya lama banget, tanggapannya lambat. Sekarang lihat sendiri hasilnya. Sedih dan marah!” ungkap akun @roni*** melalui X.
Banyak pengguna media sosial yang menyebut pengalaman pribadi atau kerabat mereka yang juga pernah merasa diperlakukan tidak adil saat berobat di rumah sakit plat merah itu. Beberapa bahkan mengunggah tangkapan layar antrean panjang dan keterlambatan penanganan pasien di masa lalu.
Selain kritik keras, muncul pula solidaritas dan empati publik terhadap keluarga korban. Banyak yang mendorong agar kasus ini diusut tuntas dan menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit milik pemerintah.
“Kami doakan almarhumah mendapat tempat terbaik. Tapi kami juga berharap ini jadi yang terakhir. Jangan ada lagi korban akibat pelayanan yang tidak manusiawi,” tulis seorang warganet.
Sejumlah influencer dan aktivis kesehatan ikut bersuara. Mereka menekankan pentingnya reformasi layanan rumah sakit, terutama dalam menangani pasien BPJS. Banyak dari mereka menegaskan bahwa akses kesehatan adalah hak, bukan pelayanan kelas dua.
Di tengah gejolak opini publik ini, desakan agar rumah sakit tidak lagi membedakan antara pasien umum dan peserta BPJS semakin nyaring terdengar. Warganet berharap peristiwa ini membuka mata banyak pihak bahwa sistem kesehatan tidak hanya soal alat dan prosedur, tapi juga soal empati, kecepatan, dan keadilan.