*Tanam Apa Yang Kita Makan, Makan Apa Yang Kita Tanam: Semangat Kebudayaan Untuk Pangan Lokal*

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 17 September 2024 - 07:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KlopakIndonesia – “Tanam Apa Yang Kita Makan, Makan Apa Yang Kita Tanam” menjadi semangat masyarakat Alor untuk melestarikan pangan lokal dalam upaya pemajuan kebudayaan. Hal ini menjadi gerakan budaya yang menjadi hasil program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) yang dilakukan oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengungkapkan bahwa akar dari kebudayaan adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap sumber daya yang dimiliki di sekitar mereka. “Jika kita ingin mempertahankan identitas budaya dan mencapai kedaulatan pangan, kebijakan kita harus berakar pada kearifan lokal. Kebiasaan konsumsi merupakan salah satu yang mempengaruhi budaya, karena itu pangan lokal menjadi bagian penting yang harus dilestarikan,” ungkap Hilmar dalam diskusi budaya yang diselenggarakan di Kampung Adat Matalafang, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat (13/9).

Salah satu poin penting yang dibahas dalam diskusi budaya ini adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal. Pejabat (Pj.) Gubernur Nusa Tenggara Timur, Andriko Noto Susanto, menjelaskan bahwa regulasi ini menjadi landasan penting bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan berbasis kearifan lokal. “Kami akan memperkuat regulasi di tingkat daerah agar sejalan dengan kebijakan nasional. Penguatan kelembagaan, pemanfaatan pekarangan, hingga distribusi hasil pangan lokal menjadi fokus utama kami,” jelas Andriko.

Baca Juga :  Tiga Tips dari Mendikdasmen untuk Murid di SIKL

Melalui program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL), berhasil mendata sekitar 582 objek pemajuan kebudayaan (OPK) di Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Data tersebut mencakup berbagai aspek kebudayaan, di antaranya manuskrip tentang sejarah, tradisi lisan, pengetahuan tradisional, pangan lokal, permainan tradisional, teknologi tradisional, bahasa, dan pengetahuan tradisional yang diantaranya berkaitan dengan sistem pangan lokal.

*Festival Melang Bila*
Festival Melang Bila menjadi ruang bagi masyarakat Alor untuk memamerkan berbagai hasil karya, terutama olahan pangan lokal yang kaya akan gizi dan cita rasa. Festival ini merupakan bagian dari program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) yang bertujuan menjaga nilai-nilai tradisi dalam pengelolaan sumber daya alam dan pangan yang berkelanjutan. Festival ini sukses dilaksanakan dari tanggal 13 s.d 15 September 2024, yang diikuti perwakilan desa di Kabupaten Alor dengan menyajikan beragam olahan pangan lokal yang berasal dari pisang, ubi, jagung, dan ketela serta beragam hasil laut.

Baca Juga :  Hari Terakhir Retreat Kabinet Merah Putih, Menhan Sjafrie Beri Pandangan

Refki Putri yang merupakan salah seorang remaja Alor berharap kegiatan semacam ini dapat berlanjut. “Dengan adanya kegiatan semacam ini, anak-anak muda tetap mengetaui pangan-pangan lokal yang lebih sehat dan tanpa pengawet,” ujar Putri sambil menyicipi makanan jagung titi yang merupakan kuliner lokal Alor.

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Sjamsul Hadi, berpesan kepada pandu budaya yang merupakan pemuda penggerak kebudayaan dari program SLKL untuk dapat terus mengkampanyekan pangan lokal. “Festival Melang Bila ini terlaksana salah satunya karena inisiasi yang dilakukan oleh para pandu budaya Alor yang berhasil menghimpun dan mengajak stakeholder tidak hanya di pulau Alor tetapi pulau-pulau kecil di Kabupaten Alor untuk mewujudkannya. Ini adalah salah satu bentuk komitmen nyata dalam mempromosikan budaya khususnya pangan lokal,” ungkap Sjamsul.

Pelaksanaan Sekolah Lapang Kearifan Lokal pada tahun 2024, tersebar di tiga Kabupaten dan 14 Pulau Kecil di Kabupaten Alor, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

 

 

#MerdekaBerbudaya

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Perkemahan Anak Indonesia Hebat 2025: Pramuka Jadi Pilar Pembentukan Karakter Pelajar
Empat Siswa Indonesia Siap Bersaing dan Berkompetisi pada Ajang International Olympiad in Informatics (IOI) 2025 di Bolivia
Pembinaan Kemendikdasmen Sukses Antarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di IMO 2025
Jasamarga Hentikan Layanan Top Up e-Toll di Gerbang Tol Cipularang dan Padaleunyi Mulai 4 Agustus 2025
Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Dirugikan Hingga Rp 99 Triliun
Satgas Pangan Temukan Dugaan Pidana dalam Kasus Beras Oplosan, Naik ke Tahap Penyidikan
Tiga Produsen Beras Premium Diduga Langgar Mutu Kemasan
Komunitas Freerunners Bandung Bikin Ulah di Event Marathon: Palsukan BIB hingga Bagi-Bagi Bir

Berita Terkait

Minggu, 27 Juli 2025 - 10:43 WIB

Perkemahan Anak Indonesia Hebat 2025: Pramuka Jadi Pilar Pembentukan Karakter Pelajar

Sabtu, 26 Juli 2025 - 13:39 WIB

Empat Siswa Indonesia Siap Bersaing dan Berkompetisi pada Ajang International Olympiad in Informatics (IOI) 2025 di Bolivia

Jumat, 25 Juli 2025 - 21:22 WIB

Pembinaan Kemendikdasmen Sukses Antarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di IMO 2025

Jumat, 25 Juli 2025 - 13:16 WIB

Jasamarga Hentikan Layanan Top Up e-Toll di Gerbang Tol Cipularang dan Padaleunyi Mulai 4 Agustus 2025

Kamis, 24 Juli 2025 - 19:32 WIB

Satgas Pangan Temukan Dugaan Pidana dalam Kasus Beras Oplosan, Naik ke Tahap Penyidikan

Berita Terbaru

Ilmu Pengetahuan

Perbedaan Antara Cumi‑Cumi dan Sotong

Jumat, 25 Jul 2025 - 09:38 WIB