Komisi VII DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta pada Senin (11/11/2024). Kunjungan ini bertujuan untuk memantau perkembangan industri batik di tanah air.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, menekankan pentingnya dukungan pemerintah terhadap industri batik dan UMKM agar mampu menghadapi persaingan global. Hal ini disampaikannya mengingat makin banyak produk tekstil asing serupa batik yang dijual melalui platform digital.
“Kita harus mendorong dengan segala upaya agar produk lokal kita dan industri-industri yang ada ini bisa memiliki daya saing yang dapat mengalahkan produk-produk dari luar. Jangan sampai Indonesia, yang jumlah penduduknya begitu besar, malah dijadikan orang sebagai pasar saja,” ujarnya.
Saleh menegaskan bahwa produk lokal, termasuk batik, harus memiliki daya saing yang kuat agar tidak kalah dari produk luar negeri. Menurutnya, industri kecil dan menengah (IKM) harus didorong untuk terus berkembang agar mampu bersaing di pasar internasional.
“Kita harus menjadikan orang Indonesia sebagai pelaku kreatif yang inovatif, dengan hasil produksi yang bisa diberdayakan di Indonesia dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Target kita ke depan adalah bagaimana agar produk-produk lokal, termasuk batik, bisa kita ekspor ke luar negeri,” tutur politisi dari Fraksi PAN ini dengan penuh semangat.
Dalam kunjungannya, Saleh optimistis bahwa dengan pengembangan yang tepat, kualitas batik Indonesia dapat bersaing dengan produk dari negara lain. Ia menekankan pentingnya inovasi dan peningkatan standar kualitas untuk menjaga keaslian batik, serta memanfaatkan potensi pasar lokal dan global.
Saat ditemui Parlementaria usai pertemuan, Saleh juga mengapresiasi peran Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta yang telah memberikan pelatihan serta bimbingan kepada pelaku industri batik. Ia menyampaikan bahwa balai di bawah Kementerian Perindustrian ini menyediakan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para pengrajin, serta memberikan penyuluhan bagi pengrajin kecil yang memiliki modal terbatas.
“Balai ini menjadi pusat pelatihan yang sangat membantu industri batik lokal, terutama dalam meningkatkan mutu dan kualitas produk. Hal ini penting agar produk batik kita bisa lebih kompetitif,” ujar Saleh.
Sebelumnya, dalam rapat disampaikan bahwa Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada 2024 dapat mencapai 5,80 persen. Khusus untuk sektor Industri Kecil Menengah dan Aneka, termasuk di dalamnya sub-sektor kerajinan dan batik, ditargetkan mengalami pertumbuhan sebesar 4,25 persen.
Menurut data yang dipaparkan, pada periode Januari – Juli 2024, nilai ekspor produk batik mencapai US$ 9,45 juta. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke Amerika Serikat (74,75%), Jerman (3,61%), Singapura (3,23%), Malaysia (2,82%), dan Kanada (1,92%).
Sementara itu, jumlah industri kerajinan di Indonesia mencapai lebih dari 700 ribu unit usaha. Nilai ekspor kerajinan Indonesia ke pasar global pada kuartal I tahun 2024 mencapai US$ 35,76 juta, meningkat 8,15% secara tahunan (y-o-y) dengan pasar utama antara lain Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan Belanda.