KlopakIndonesia – Anak-anak adalah kunci pembangunan bangsa di masa depan. Mereka adalah penerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini di kemudian hari. Tentunya mereka harus dipersiapkan dengan optimal sedini mungkin. Dalam hal inilah Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) memiliki peran krusial dalam memastikan semua anak usia dini dapat mencapai potensi optimal mereka dengan pemenuhan berbagai kebutuhan dasar mereka, yaitu kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
Namun, saat ini masih banyak tantangan dalam pengembangan anak usia dini di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan angka partisipasi kasar anak yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) hanya 36,03% di mana hanya sekitar 50% yang mendapatkan layanan PAUD berkualitas. Tantangan lain seperti akses yang belum merata, transisi ke sekolah dasar yang belum optimal, serta kurangnya integrasi teknologi dalam program yang menyasar anak usia dini juga menjadi perhatian.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Southeast Asian Ministers of Education Regional Centre for Early Childhood Care and Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) didukung oleh Tanoto Foundation meluncurkan tiga inisiatif penting untuk memajukan perkembangan anak usia dini di Asia Tenggara, di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Kamis (19/12).
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa kebijakan wajib belajar 13 tahun merupakan arah kebijakan yang sangat penting untuk membangun generasi Indonesia yang hebat, generasi Indonesia yang kuat. Ia mengatakan bahwa pentingnya pendidikan dasar, pendidikan prasekolah dasar, bahkan pendidikan sejak dari dalam kandungan.
“Banyak sekali penelitian yang menunjukkan betapa anak-anak yang memiliki pengalaman belajar di PAUD baik PAUD formal di taman kanak-kanak maupun PAUD nonformal di kelompok bermain bahkan penitipan anak memiliki kemampuan dan juga memiliki ketahanan mental, intelektual, dan sosial yang lebih tinggi untuk mereka sukses dalam pendidikan di jenjang yang ada di atasnya,” ucap Menteri Mu’ti dalam sambutannya.
Menteri Mu’ti mengungkapkan bahwa, pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi penting dalam membangun generasi yang memiliki keceriaan, memiliki optimisme, dan tumbuh kembang yang baik dan sehat.
Lebih lanjut, Mendikdasmen menyampaikan bahwa berbagai macam informasi baik dalam bentuk buku maupun aplikasi-aplikasi yang memungkinkan orang tua dapat meningkatkan wawasan, kemampuan serta komitmen untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak sejak dini itu menjadi tugas bersama-sama. “Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi kepada SEAMEO CECCEP atas produk-produk yang sudah dihasilkan untuk kepentingan kita membangun pendidikan bermutu sejak dari usia dini,” ujarnya.
“Kami berharap agar produk-produk ini menjadi produk yang mudah diakses, mudah untuk digunakan, dan kemudian menjadi bagian dari gerakan bersama untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang unggul sejak dini. Sejak mereka belum belajar di sekolah dasar bahkan dari sejak mereka dalam kandungan juga sudah diberikan perhatian yang serius agar mereka menjadi generasi yang kuat, generasi yang berkualitas melalui berbagai layanan parenting dan informasi-informasi pendidikan yang bermanfaat,” tambah Mendikdasmen.
Pada kesempatan tersebut, Direktur SEAMEO CECCEP, Vina Adriany, mengungkapkan tiga fokus utama SEAMEO CECCEP, yaitu riset, peningkatan kapasitas, dan advokasi kemitraan. Ketiga fokus ini diterjemahkan dalam bentuk komitmen kerja yang telah menghasilkan tiga luaran.
Inisiatif pertama adalah Risalah Kebijakan dan Laporan Pemetaan Layanan Pengembangan Anak Usia Dini di Asia Tenggara. Dokumen ini menyediakan analisis komprehensif mengenai praktik Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif (PAUD HI) di wilayah Asia Tenggara serta rekomendasi berbasis bukti yang fokus pada koordinasi lintas sektoral, inklusivitas, dan keberlanjutan guna meningkatkan kualitas layanan PAUD HI. Dengan pemahaman yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap negara, laporan ini bertujuan untuk memastikan semua anak mendapatkan lebih banyak dukungan untuk tumbuh dan berkembang optimal.
Inisiatif kedua adalah Modul Transisi PAUD ke SD Bagi Orang Tua. Modul ini dirancang untuk membantu orang tua dalam proses transisi anak dari prasekolah (PAUD) ke sekolah dasar secara lancar. Modul ini juga menekankan pada bagaimana orang tua membantu kesiapan emosional dan sosial anak, serta dari sisi layanan untuk menghapus tes masuk sekolah yang bertekanan tinggi. Modul ini menggunakan pendekatan yang inklusif dan berfokus pada enam kemampuan dasar, sekaligus menghindari isu-isu sensitif terkait SARA.
Kemudian, inisiatif ketiga adalah Aplikasi Mobile Anaking yakni platform digital inovatif untuk membantu orang tua dalam mengasuh anak usia 0-4 tahun. Platform ini menyediakan fitur pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, aktivitas stimulasi oleh para ahli, serta sumber daya pengasuhan. Termasuk forum interaktif dan informasi terbaru seputar pelatihan, menciptakan dukungan komprehensif bagi keluarga.
Peluncuran ini dilakukan secara resmi oleh Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, yang menyerahkan luaran-luaran ini secara langsung kepada lembaga negara dan mitra pembangunan terkait yaitu Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Kesehatan, UNESCO, dan UNICEF.
Di tempat yang sama, Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Henry, menekankan pentingnya kolaborasi antar negara-negara di Asia Tenggara dan pengembangan kerangka kerja regional yang komprehensif sebagai acuan kebijakan di setiap negara. “Kita perlu meningkatkan kerja sama regional dan peningkatan kapasitas dengan mendorong inisiatif bersama di bawah naungan SEAMEO CECCEP untuk berbagi praktik terbaik, sumber daya, dan penelitian tentang PAUD HI serta pembentukan task force regional untuk memberikan pendampingan teknis dan memantau perkembangan dan implementasi kebijakan PAUD HI,” sambung Eddy.
Eddy berharap kebijakan-kebijakan yang diadopsi oleh negara-negara di Asia Tenggara berfokus kepada pemenuhan beragam kebutuhan dasar anak usia dini seperti menurunkan angka stunting balita sampai di bawah 10% dan meningkatkan partisipasi PAUD hingga 70% pada tahun 2030. “Dengan mengadopsi kebijakan ini, kita dapat memastikan anak-anak dapat memiliki awal kehidupan yang berkualitas, yang merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan dan kehidupan produktif di masa depan,” tutup Eddy.
SEAMEO CECCEP dan Tanoto Foundation berharap peluncuran ketiga inisiatif ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperkuat dukungan pada anak usia dini serta memfasilitasi dialog antara pemangku kepentingan yang pada akhirnya meningkatkan capaian perkembangan anak usia dini sesuai dengan usianya secara signifikan di kawasan Asia Tenggara.