Hj. Netty Prasetiyani Anggota Komisi IX DPR RI Menegaskan Kembali 4 syarat Untuk Membangun Keluarga Berkualitas

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 31 Oktober 2023 - 06:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber daya manusia unsur penting dalam sebuah negara. Stunting versus keluarga. Stunting tidak lepas dari yang namanya keluarga. Keluarga menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam pencegahan stunting. Pencegahan stunting dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Masalah stunting bisa menjadi beban negara.

Itulah beberapa hal yang disampaikan anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Hj. Netty Prasetiyani Heryawan saat Kampenye Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus yang diselenggarakan di Gedung Futsal Bulbin Cirengit Bojongkunci Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Minggu, 29 Oktober 2023.

Turut hadir dan sebagai pembicara dalam acara tersebut ada Ketua Tim Kerja Penguatan Pembinaan Balita dan Anak BKKBN Provinsi Jawa Barat Elma Triyulianti D.S Psi, MM Psikolog, Yogaswara, S.Pd Penata Ahli Muda Kependudukan Keluarga Berencana DP2KBP3A Kabupaten Bandung serta Ngadiman S.Sos Kepala UPT Pengendalian Penduduk dan Pembangunan Keluarga Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

Dalam paparannya, Hj. Netty Prasetiyani Heryawan memberikan gambaran betapa pentingnya semua pihak memberikan perhatian serius terhadap permasalahan stunting. Peran dan fungsi utama keluarga menjadi sasaran utama promosi KIE percepatan penurunan stunting.

Pencegahan stunting selain masalah pemerintah tapi lebih penting dilakukan masyarakat khususnya keluarga secara bersama agar Indonesia terbebas dari bencana peradaban yang dipicu tingginya angka stunting.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Serukan Keadilan untuk Palestina di ADF Talk 2025

Netty Prasetiyani menyoroti jika permasalahan stunting ini tidak ditangani dengan baik akan menjadi beban negara ke depannya. Untuk itu fungsi keluarga sangat penting sekali di sini.

’’Mencegah stunting sebaiknya dan tentunya harus dimulai dari keluarga,” jelasnya.

Netty, anggota Komisi IX ini menegaskan bahwa ada empat syarat yang harus dilakukan untuk bisa membangun keluarga yang berkualitas. Pertama, niat tujuan berkeluarga harus jelas.

”Menikah dan keluarga harus punya niat dan tujuan yang jelas, untuk beribadah,” jelas Netty.

Yang kedua, ada persiapan dan perencanaan yang baik. Batasan usia untuk menikah harus ideal.

”Batasan usia menikah yang ideal bagi perempuan minimal berusia 21 tahun dan laki-laki setidaknya 25 tahun.”

Selanjutnya, yang ketiga, membangun ketahanan keluarga berdasarkan nilai agama. Dan yang keempat yaitu membangun pola pengasuhan yang benar dan tepat.

”Jika sebuah keluarga melakukan keempat syarat tersebut pencegahan stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi dalam waktu yang panjang bisa dicegah. Mari kita semua berkomitmen untuk menguatkan keluarga berkualitas bangun keluarga berkualitas, kita cegah stunting dan kita cegah demorasilasi. Dengan cara itu mudah-mudahan anak-anak kita semua sehat, “ pungkasnya

Baca Juga :  Hanya Ubah 4 Pasal, Herman Khaeron Minta Pembahasan RUU DKJ Tak Alihkan Program Prioritas

Sebelumnya Ketua Tim Kerja Penguatan Pembinaan Balita dan Anak BKKBN Provinsi Jawa Barat Elma Triyulianti, dalam kesempatan tersebut menyampaikan beberapa hal tentang pentingna penanganan percepatan stunting.

Elma Trilyulianti menjelaskan dari mulai definisi stunting hingga dampak yang ditimbulkannya agar masyarakat paham dan mengerti apa itu stunting.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum paham dan mengerti betapa beresikonya stunting itu. Kesadaran masyarakat perlu diingatkan bagaimana pentingnya pencegahan stunting.

Semuanya harus dimulai sejak sebelum pernikahan dan masa kehamilan, hingga peran dan fungsi utama keluarga menjadi sasaran utama kampanye KIE percepatan penurunan stunting ini.

Adapun Yogaswara, S.Pd yang mewakili Kepala DP2KBP3A Kabupaten Bandung dalam kesempatan tersebut menjelaskan kondisi stunting dan program-program yang dilakukan dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung.

Prevalensi stunting di Kabupaten Bandung masih dikisaran 25%, artinya setiap 25 bayi beresiko stunting dari 100 bayi yang lahir.

“Di Kabupaten Bandung prevalensi stunting masih di kisaran 25% masih diatas prevalensi nasional 21%. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di Kabupaten Bandung untuk penurunan dan pencegahan stunting,”

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pembinaan Kemendikdasmen Sukses Antarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di IMO 2025
Jasamarga Hentikan Layanan Top Up e-Toll di Gerbang Tol Cipularang dan Padaleunyi Mulai 4 Agustus 2025
Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Dirugikan Hingga Rp 99 Triliun
Satgas Pangan Temukan Dugaan Pidana dalam Kasus Beras Oplosan, Naik ke Tahap Penyidikan
Tiga Produsen Beras Premium Diduga Langgar Mutu Kemasan
Komunitas Freerunners Bandung Bikin Ulah di Event Marathon: Palsukan BIB hingga Bagi-Bagi Bir
HUT ke-1, Doksis Doakan RS Unpad Jadi Pelopor Pelayanan Unggul
KNKT Beberkan Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali

Berita Terkait

Jumat, 25 Juli 2025 - 21:22 WIB

Pembinaan Kemendikdasmen Sukses Antarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di IMO 2025

Jumat, 25 Juli 2025 - 13:16 WIB

Jasamarga Hentikan Layanan Top Up e-Toll di Gerbang Tol Cipularang dan Padaleunyi Mulai 4 Agustus 2025

Jumat, 25 Juli 2025 - 09:10 WIB

Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Dirugikan Hingga Rp 99 Triliun

Kamis, 24 Juli 2025 - 19:32 WIB

Satgas Pangan Temukan Dugaan Pidana dalam Kasus Beras Oplosan, Naik ke Tahap Penyidikan

Kamis, 24 Juli 2025 - 09:43 WIB

Komunitas Freerunners Bandung Bikin Ulah di Event Marathon: Palsukan BIB hingga Bagi-Bagi Bir

Berita Terbaru

Ilmu Pengetahuan

Perbedaan Antara Cumi‑Cumi dan Sotong

Jumat, 25 Jul 2025 - 09:38 WIB