Gempa Megatrusht dan Pentingnya Edukasi Kesiapsiagaan Bencana

Avatar photo

- Jurnalis

Sabtu, 11 Januari 2025 - 09:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan meteorologi dan geofisika atau BMKG telah menyampaikan beberapa rilis himbauan yang berhubungan dengan risiko bencana gempa yang diakibatkan oleh terjadinya pergeseran lempengan (Megatrusht).

Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dan disikapi dengan kesiapsiagaan bencana sejak dini, mengingat sangat kita maklumi bersama bahwa sebuah lembaga pemerintah setingkat BMKG yang sangat jelas mereka memiliki sumber daya manusia yang mumpuni di bidangnya serta adanya daya dukung peralatan yang dapat mendeteksi berbagai macam kemungkinan bencana yang salah satunya gempa yang diakibatkan oleh pergeseran lempengan termasuk bencana geologi yang lainnya.

Kita sebagai masyarakat awam tentunya sangat harus memaklumi yang dengan yang disampaikan oleh BMKG itu karena secara pribadi kita tidak memiliki kompetensi keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan yang berhubungan dengan berbagai macam bencana geologi dan klimatologi.
Selain itu kita sendiri tidak memiliki berbagai macam peralatan yang canggih yang dapat mendeteksi tentang kemungkinan-kemungki terjadinya bencana ekologi diakibatkan oleh pergeseran lempengan termasuk oleh keadaan iklim dan cuaca.

Yang menjadi pertanyaan sudah seberapa siapkah masyarakat kita secara umum menghadapi bencana ekologi tersebut mengingat tidak ada satu orang pun yang dapat menegaskan tentang kapan bencana itu akan terjadi namun berbagai macam informasi dari lembaga yang memiliki kapasitas tersebut serta dapat dipertanggungjawabkan sudah sejatinya harus membawa kita ke ruang mawas diri dan mempersiapkan sedini mungkin kesiapsiagaan dalam menghadapi datangnya bencana tersebut.

Selain itu pemerintah tentunya harus Terjemahkan kemungkinan yang akan terjadi ini dengan berbagai macam upaya yang bermuara pada usaha meminimalisir berbagai macam hal yang tidak diharapkan terutama hadirnya korban jiwa masyarakat yang terdampak.

Baca Juga :  Tarif Bea Masuk 32 Persen dari Trump: Ancaman Serius bagi Ekspor Indonesia, Hikmahanto Minta Pemerintah Batalkan Negosiasi

Namun sampai saat ini upaya penguatan kesiapsiagaan bencana tersebut masih belum masif.Pemerintah belum secara maksimal menghadirkan berbagai macam opsi edukasi dan sosialisasi terutama yang berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana tersebut.
Kita bisa membayangkan Bagaimana kondisi ekosistem masyarakat di wilayah yang sangat padat harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman dengan berbagai macam tantangan yang hadir di sekitar lingkungan masyarakat terdampak tersebut.
Contoh bagaimana kita akan dihadapkan dalam sebuah kondisi yang sangat rumit manakala bencana itu datang, diantaranya harus ada tenda-tenda yang dapat menaungi masyarakat terdampak.Sebagai contoh berapa banyak tenda yang harus disiapkan untuk skala kecil saja setingkat RW.
Apabila sebuah RW berjumlah penduduk sebanyak 1000 jiwa dan kapasitas tenda yang dihadirkan hanya cukup untuk 40 orang maka di wilayah tersebut harus hadir sebanyak 40 tenda besar.

Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tenda itu akan didirikan di lokasi mana mengingat di kota Bandung sudah sangat jarang dijumpai lahan-lahan terbuka.
Selain itu harus menjadi perhatian juga bagaimana tenda itu didirikan sedangkan masyarakat tidak cukup memiliki kemampuan teknis mendirikan tenda besar tersebut.
Ini baru bicara skala 1 RW belum bicara skala RW di tingkat kecamatan bahkan sampai tingkat Kota/Kabupaten.
Berapa banyak tenda yang harus disiapkan dan apakah fasilitas itu pemerintah memilikinya?

Baca Juga :  Puluhan Siswa di Cipongkor Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis

Hal lain yang harus menjadi perhatian terutama yang berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana yaitu bagaimana masyarakat memiliki kecakapan medis dasar. Hal ini sangat penting sebagai upaya meminimalisir resiko besar bagi masyarakat yang terkena musibah luka-luka dan kesehatan lainnya.
Dengan adanya vmasyarakat yang memiliki kecakapan medis dasar secara tidak langsung membantu tenaga-tenaga medis di rumah sakit-rumah sakit yang mungkin pada saat terjadi bencana besar mereka sangat memiliki keterbatasan personel sementara jumlah warga yang perlu pelayanan medis mungkin jumlahnya sangat banyak.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah ketersediaan dapur umum.Hal yang sangat penting dan ini harus didukung oleh warga masyarakat yang memiliki kecakapan merencanakan, melakukan tindakan kesiapsiagaan dalam ketersediaan bahan makanan.
Bagaimana mengemas bahan-bahan baku yang tersedia dengan cepat dan tepat dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai gizi yang terkandung dalam produk olahan.
Oleh karena itu sangat perlu pelatihan juga sehingga di setiap sisi lingkungan ada warga yang sudah memiliki kemampuan untuk menjadi petugas di dapur umum.

Dengan adanya kesiapsiagaan bencana diharapkan siapapun bisa menjadi bagian solusi atas masalah yang menimpa banyak orang termasuk diri kita sendiri.
Kita tentunya tidak mengharapkan bencana apapun menghampiri namun sebuah kondisi alamiah bisa saja terjadi dalam waktu kapan saja.
Dengan hadirnya masyarakat yang sadar bencana dan memiliki kecakapan kesiapsiagaan bencana diharapkan akan dapat meminimalisir hal-hal yang tidak kita harapkan.

 

Oleh : Rahmat Suprihat, S.Pd – Aktivis Peduli Lingkungan Jawa Barat (Pelija)

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

SEAMEO Gelar Forum Pendidikan STEM Asia Tenggara: Perkuat Kolaborasi untuk Transformasi Pendidikan
OSN 2025 Torehkan 344 Ribu Pendaftar SD dan 196 Ribu Pendaftar SMP, Mapel IPS Dilombakan pada Jenjang SD
Pegadaian dan Masjid Salman ITB Sinergi Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan Melalui Teknologi Daur Ulang Air Hujan & Air Wudhu
Pegadaian Gandeng ITB, Akselerasi Digitalisasi Layanan Lewat Riset Inovatif
Keracunan MBG Terulang di Cipongkor, Kali Ini Korban dari SPPG Pasirsaji Desa Sarinagen
Guru Lebih Kreatif, Siswa Lebih Aktif: Kemendikdasmen Hadirkan Panduan dan Buku Kurasi STEM 2025
Perkuat Implementasi STEM, Kemendikdasmen Rilis Panduan dan Buku Hasil Kurasi Pembelajaran STEM
Keracunan Massal 369 Siswa di Bandung Barat Resmi Ditetapkan KLB, Dapur MBG Ditutup

Berita Terkait

Jumat, 26 September 2025 - 21:58 WIB

SEAMEO Gelar Forum Pendidikan STEM Asia Tenggara: Perkuat Kolaborasi untuk Transformasi Pendidikan

Kamis, 25 September 2025 - 23:33 WIB

OSN 2025 Torehkan 344 Ribu Pendaftar SD dan 196 Ribu Pendaftar SMP, Mapel IPS Dilombakan pada Jenjang SD

Kamis, 25 September 2025 - 16:20 WIB

Pegadaian dan Masjid Salman ITB Sinergi Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan Melalui Teknologi Daur Ulang Air Hujan & Air Wudhu

Rabu, 24 September 2025 - 14:50 WIB

Keracunan MBG Terulang di Cipongkor, Kali Ini Korban dari SPPG Pasirsaji Desa Sarinagen

Rabu, 24 September 2025 - 14:48 WIB

Guru Lebih Kreatif, Siswa Lebih Aktif: Kemendikdasmen Hadirkan Panduan dan Buku Kurasi STEM 2025

Berita Terbaru

KlopHealth

6 Sayuran yang Tidak Boleh Dimakan Saat Batuk, Bikin Makin Parah

Kamis, 25 Sep 2025 - 17:19 WIB

KlopHealth

Rahasia Sehat di Balik Jagung Rebus: Rendah Lemak, Kaya Nutrisi

Kamis, 25 Sep 2025 - 16:12 WIB