KlopakIndonesia – Mencegah stunting harus dimulai dari hulu dan penting dilakukan masyarakat, khususnya keluarga. Hal ini penting agar Indonesia terbebas dari bencana peradaban yang dipicu tingginya angka stunting. Semuanya harus dimulai sejak sebelum pernikahan dan masa kehamilan. Di sinilah peran dan fungsi utama keluarga menjadi sasaran utama promosi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) percepatan penurunan stunting.
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Netty Prasetiyani Heryawan mengungkapkan hal itu saat Promosi KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus yang diselenggarakan di Gedung PGRI Banjaran, Kabupaten Bandung, Minggu, 15 Oktober 2023. Turut hadir dan menjadi narasumber antara lain Ketua Tim Kerja Penguatan Kemitraan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat Herman Melani, Kepala Bidang KBKS DP2KBP3A Kabupaten Bandung Ella Hafla, dan Gubernur Jawa Barat Periode 2008-2018 Ahmad Heryawan.
Netty menekankan pentingnya segala sesuatu harus dimulai dari keluarga. Setidaknya ada empat syarat yang harus dilakukan untuk bisa membangun keluarga yang berkualitas. Pertama, niat dan tujuan berkeluarganya harus jelas.
“Jika tidak diniati untuk beribadah bisa saja Ketika baru satu tahun berumah tangga mungkin sudah banyak masalah, lalu berujung pada perceraian,” ujarnya.
Kedua, tentu harus punya persiapan dan perencanaan. Untuk perempuan nikah minimal harus berusia 21 tahun dan laki-laki setidaknya 25 tahun.
Ketiga, berumah tangga itu perlu ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga harus dibangun dengan agama. ”Dengan berpegang teguh kepada ajaran agama, istri atau suami tentu akan saling menyayangi, saling menghargai, melakukan kewajiban dan haknya dengan baik, berperilaku terpuji dan lainnya,” tutur Netty.
Keempat, tak kalah pentingnya melakukan pengasuhan yang benar dan tepat. ”Jika kita semua sebagai sebuah keluarga melakukan keempat syarat tersebut Insyaallah tidak akan ketemu stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi dalam waktu yang panjang. Apabila keluarga tidak berkualitas, kelak akan melahirkan anak-anak stunting, tidak sehat, sakit-sakitan dan tingkat kecerdasannya sangat rendah. Jika SDM rendah, mungkin akan kalah bersaing dengan orang lain,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Tim Kerja Penguatan Kemitraan BKKBN Provinsi Jawa Barat Herman Melani menyampaikan beberapa hal tentang fungsi dan peran utama BKKBN dalam penanganan percepatan stunting hingga betapa pentingnya mengenal apa itu stunting. Menurutnya, stunting bukan sekadar gagal tumbuh, bukan sekadar pendek. Stunting bukan hanya kerdil. Stunting memiliki dampak jangka panjang.
”Dengan tumbuh dan kembang tidak optimal, maka peluang anak stunting menjadi menjadi tentara atau polisi yang mengharuskan tinggi badan ideal menjadi kecil. Belum lagi jika dihubungkan dengan perkembangan otak yang terhambat,” jelasnya.
Adapun Ella Hafla menyampaikan kegiatan-kegiatan DP2KBP3A dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung. Pertama, pendampingan dan pelaporan keluarga beresiko stunting oleh tim pendampingan. Kedua, mini lokakarya percepatan penurunan stunting kecamatan, ketiga audit kasus stunting, keempat rapat koordinasi TPPS tingkat kabupaten, kelima pengadaan BKB-Kit dan keenam rembug stunting tingkat kabupaten.
Ella menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 235.577 keluarga beresiko stunting kondisi stunting di Kabupaten Bandung. “Tahun 2023 ini lokus prioritas penurunan dan pencegahan stunting ada di 55 desa yang tersebar di 17 kecamatan,” terangnya.
Sementara itu, Ahmad Herwayan menekankan pentingnya fungsi keluarga yaitu fungsi keluarga, cinta kasih, reproduksi, ekonomi, sosial budaya, perlindungan, pendidikan, dan lingkungan dalam upaya pencegahan stunting. Heryawan mengingatkan, tidak ada kesuksesan tanpa dimulai dari kesuksesan keluarga. Keluarga menjadi tempat pertama ditanamkannya nilai-nilai agama, sebagai tempat menyalurkan cinta dan kasih sayang, sebagai tempat pendidikan seksual dan reproduksi, menjadi sarana yang baik untuk bertugas memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga.
Keluarga menanamkan pola tingkah laku berhubungan dengan orang lain, sebagai tempat bernaung bagi seorang individu yang sedang memiliki masalah. Keluarga adalah tempat di mana seorang anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Keluarga tempat diajarkannya cara berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
”Saya mengingatkan bahwa keluarga adalah tempat paling indah dan paling bermakna dalam kehidupan manusia. Tidak ada kesuksesan tanpa dimulai dari kesuksesan keluarga,” tegas Heryawan.