Indonesia negara besar, subur, dan memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Namun, saat ini memiliki masalah besar pula, yakni stunting. Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Netty Prasetiyani Heryawan mengungkapkan hal itu saat melakukan promosi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) Program Percepatan Stunting di Wilayah Khusus bersama Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat di Gedung Islamic Center Cirebon, Desa Kertawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, pada Senin 16 Oktober 2023.
Pada kesempatan tersebut turut hadir dan memberikan sambutan Gubernur Jawa Barat periode 2008-2018 Ahmad Heryawan. Hadir pula Ketua Tim Kerja Pengelolaan Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN Jabar Adang Samsul Hadi dan Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon Dwi Sudarni.
“Stunting itu bisa dicegah mulai dari keluarga, karena kita tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah,” tandas Netty di hadapan kalangan pendidik, pelajar, dan mahasiswa yang hadir dalam sosialisasi tersebut.
Untuk menguatkannya, politisi dari PKS itu mengutip Al-Qur’an, Surah An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
“Jadi kita tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah, makanya mari cegah stunting! Bangun keluarga yang berkualitas agar Indonesia semakin kuat,” imbuhnya.
Netty mengakui stunting di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai angka 21 persen. Jika stunting tinggi akan menghasilkan generasi yang lemah, sumber daya manusia rendah dan nanti tidak bisa bersaing dengan yang lain, apalagi tenaga asing. “Stunting itu, bisa dicegah dari keluarga,” katanya.
Menurut Netty begitu pentingnya keluarga, karena segalanya berawal dari keluarga. Sehingga jangan pernah memberikan contoh yang tidak baik dari keluarga. Apapun contoh yang diberikan kekluarga akan ditiru oleh anak-anaknya.
Dia menyampaikan, ada empat syarat untuk membangun keluarga yang berkualitas. Pertama, niat dan tujuannya harus jelas, visioner. Karena tanpa tujuan yang jelas, nanti akan banyak sekali permasalahan dalam rumah tangga.
Kedua, menikah harus dengan persiapan dan perencanaan. Perlu menikah pada saat yang aman dan tepat. Untuk perempuan pada usia 21 tahun dan laki-laki pada umur 25 tahun.
“Perempuan dengan usianya minimal 21 tahun, setidaknya sudah tamat SMA atau sederajat, secara fisik termasuk organ reproduksi sudah siap dan secara emosional sudah matang. Bagi laki-laki, kalau menikah sudah 25 tahun, dia sudah punya kemandirian secara ekonomi, sudah bekerja,” terangnya.
Kemudian, membangun ketahanan keluarga, yang paling baik adalah dengan landasan agama. Dengan memiliki ketahanan keluarga, hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindarkan, seperti kekersan pada anak, KDRT yang dilakukan suami, dan lainnya.
“Keempat adalah melakukan pengasuhan secara benar. Baik secara fisik, mental maupun spiritual. Sebab jika salah asuh, saat lahir perempuan setelah besar malah berkelakuan seperti laki-laki, begitu pula sebaliknya, dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah laki-laki suka laki-laki (LSL),” kata Netty.
Hal senada disampaikan Ahmad Heryawan mengenai pentingnya membangun keluarga yang berkualitas hingga berkontribusi untuk kemajuan Indonesia. “Oleh karenanya, mari bersama-sama mencegah stunting, bisa dimulai dari keluarga. Dengan generasi yang sehat dan berkualitas mampu mewujudkan Indonesia lebih maju,” kata Heryawan.
Heryawan juga membacakan sebuah pantun. “Membatik menggunakan canting, lalu diberi warna. Ayo kita mencegah stunting, dimulai dari keluarga,” katanya, yang disambut antusias hadirin.