Beda NU dan Muhammadiah Dalam Menentukan Awal Puasa

Avatar photo

- Jurnalis

Jumat, 28 Februari 2025 - 12:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam menentukan awal puasa, khususnya awal Ramadan, biasanya terletak pada metode yang digunakan untuk penentuan hilal (bulan sabit baru). Berikut adalah perbedaan utamanya:

  1. Metode yang Digunakan:
    • Nahdlatul Ulama (NU): NU menggunakan metode rukyat (observasi langsung hilal). Metode ini berarti hilal harus benar-benar terlihat secara fisik oleh manusia untuk menetapkan awal Ramadan. Jika hilal belum terlihat, meskipun secara astronomi hilal sudah mungkin ada, mereka akan menambah hari dan memulai puasa keesokan harinya.
    • Muhammadiyah: Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan astronomi) untuk menentukan awal bulan Hijriyah, termasuk awal Ramadan. Metode ini tidak membutuhkan observasi fisik hilal, karena mereka yakin perhitungan astronomis yang akurat sudah cukup untuk menentukan kapan bulan baru dimulai.
  2. Dasar Pemikiran:
    • NU: Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa “berpuasalah jika kalian melihat hilal, dan berbukalah (berhari raya) jika kalian melihat hilal.” Oleh karena itu, NU lebih menekankan pada rukyat hilal secara fisik.
    • Muhammadiyah: Muhammadiyah berpendapat bahwa perhitungan astronomi (hisab) dapat menjadi dasar yang kuat karena perkembangan teknologi dan sains yang dapat memberikan kepastian kapan hilal sudah bisa dianggap ada meskipun belum terlihat oleh mata.
  3. Konsekuensi:
    • Karena NU menunggu hilal untuk terlihat, terkadang ada kemungkinan awal Ramadan atau Idul Fitri jatuh pada hari yang berbeda dari Muhammadiyah, yang sudah menetapkannya berdasarkan perhitungan.
Baca Juga :  Doa Lintas Agama, "Cooling System" Jelang Hari Pencoblosan

Meskipun ada perbedaan metode, kedua organisasi ini tetap saling menghormati dan tujuan utamanya sama, yaitu untuk menjalankan ibadah dengan benar sesuai ajaran Islam.

Apakah sebelum menentukan waktu rukyat dilakukan perhitungan hisab?

Ya, sebelum melakukan rukyat (observasi langsung terhadap hilal), biasanya dilakukan perhitungan hisab terlebih dahulu. Perhitungan hisab digunakan untuk membantu memprediksi kapan dan di mana hilal kemungkinan besar akan terlihat. Ini dilakukan agar pelaksanaan rukyat bisa lebih efektif dan terarah. Berikut penjelasan lebih lanjut:

  1. Peran Hisab dalam Rukyat: Hisab digunakan untuk menghitung posisi bulan dan memberikan perkiraan kapan bulan baru (hilal) akan muncul setelah matahari terbenam. Dengan hisab, para ahli bisa memperkirakan apakah hilal mungkin terlihat pada hari tertentu, sehingga rukyat bisa dilakukan pada waktu yang tepat dan di lokasi yang strategis.
  2. Mengurangi Ketidakpastian: Meskipun NU menggunakan metode rukyat untuk menentukan awal bulan, hisab tetap berperan penting dalam memberikan informasi awal. Perhitungan hisab membantu meminimalkan ketidakpastian dengan memberikan perkiraan kapan kemungkinan hilal bisa dilihat. Jika menurut hisab hilal belum mungkin terlihat, maka rukyat tidak dilakukan.
  3. Konfirmasi Melalui Rukyat: Setelah hisab dilakukan, rukyat dilakukan sebagai bentuk konfirmasi visual. Jadi, meskipun hisab sudah memberikan prediksi, keputusan akhir dalam metode NU tetap bergantung pada hasil pengamatan langsung. Jika hilal terlihat, maka awal bulan baru ditetapkan; jika tidak, rukyat akan dilanjutkan ke hari berikutnya.
Baca Juga :  Dedi Mulyadi Akan Ubah Minibus Kendaraan Dinas Gubernur Jadi Mobil Rumah Sakit

Dengan demikian, meskipun hisab sangat membantu, bagi NU, rukyat tetap merupakan metode utama dan final untuk penentuan awal bulan, termasuk Ramadan dan Syawal.

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Enam Kunci Utama dari Mendikdasmen agar Menjadi Lulusan SMK Hebat
IPKB Jabar Gagas Jurnalisme Keluarga
Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025, Menguatkan Arah Kebijakan melalui Pembelajaran Mendalam
Rayakan Hari Anak Nasional 2025, Kemendikdasmen Apresiasi Guru Kreatif dan Ilmuwan Cilik
1.600 Kasus Kekerasan Seksual di Jabar Sepanjang 2024, Mayoritas Dilakukan Orang Terdekat
Antusiasme Warga Rusia Pelajari Bahasa Indonesia, 149 Orang Ikuti Pembukaan Program BIPA
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tegas Tolak Cabut Larangan Study Tour Meski Didemo Pekerja Wisata
Pilot Diduga Salah Matikan Mesin: Fakta Baru Kecelakaan Tragis Jeju Air Tewaskan 179 Orang

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 19:10 WIB

Enam Kunci Utama dari Mendikdasmen agar Menjadi Lulusan SMK Hebat

Rabu, 23 Juli 2025 - 18:52 WIB

IPKB Jabar Gagas Jurnalisme Keluarga

Rabu, 23 Juli 2025 - 14:09 WIB

Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025, Menguatkan Arah Kebijakan melalui Pembelajaran Mendalam

Rabu, 23 Juli 2025 - 14:05 WIB

Rayakan Hari Anak Nasional 2025, Kemendikdasmen Apresiasi Guru Kreatif dan Ilmuwan Cilik

Selasa, 22 Juli 2025 - 19:55 WIB

Antusiasme Warga Rusia Pelajari Bahasa Indonesia, 149 Orang Ikuti Pembukaan Program BIPA

Berita Terbaru

NEWS

IPKB Jabar Gagas Jurnalisme Keluarga

Rabu, 23 Jul 2025 - 18:52 WIB

GADGED

Axioo Hype 5 Intel Gen-12: Laptop Lokal, Performa Global!

Rabu, 23 Jul 2025 - 05:41 WIB