KlopakIndonesia – Dalam rangkaian kunjungan GAVI, the Vaccine Alliance Board Meeting yang akan dilaksanakan di Bali pada 3-5 Desember 2024, GAVI Board Chair, Jose Manuel Barroso beserta Gavi Board Member dan Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin berkunjungan ke Bio Farma Bandung pada hari Senin 2 Desember 2024 dalam rangka Field Visit.
Agenda utama kunjungan ini meliputi diskusi singkat mengenai peran Bio Farma dalam mendukung supply Vaksin untuk program imunisasi nasional-internasional dan visit facility Gd. 43 dan SMDV (Sistem Manajemen Distribusi Vaksin). Selain itu, rombongan juga melakukan kunjungan ke Puskesmas Pasirkaliki, Kota Bandung untuk meninjau kegiatan imunisasi serta sistem penyimpanan vaksin.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa GAVI dan UNICEF telah banyak berperan dalam program imunisasi nasional.
“GAVI merupakan salah satu partner global kita yang bergerak di bidang cakupan dan pemerataan imunisasi. GAVI dan UNICEF, banyak memberikan kontribusi positif dalam
program imunisasi di Indonesia. Bio Farma memiliki kapasitas untuk menyuplai vaksin yang disalurkan oleh GAVI” kata Budi.
Budi juga mengapresiasi kapasitas produksi dan sistem manajemen distribusi vaksin yang dimiliki oleh Bio Farma.
“Bio Farma punya kapasitas untuk produksi dan distribusinya juga tadi kita lihat secara digital bagaimana kita bisa track by vial, by boxes, kalau kita mau distribusi vaksin ke mana-mana,” ujar Budi.
Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya menyampaikan bahwa merupakan sebuah kehormatan bagi Bio Farma dapat menerima kunjungan Menteri Kesehatan RI, beserta delegasi dari partner global seperti UNICEF, dan GAVI.
“Momen ini merupakan kehormatan besar bagi kami di Bio Farma untuk menerima seluruh delegasi dari Menteri Kesehatan RI, anggota Dewan GAVI, serta perwakilan dari berbagai institusi global lainnya. Kami sangat menanti untuk melakukan diskusi lebih lanjut untuk memperkuat ikatan diantara kita dalam rangka menyelesaikan misi bersama untuk menjaga kesehatan global.” kata Shadiq.
Wakil Direktur Utama Bio Farma, Soleh Ayubi dalam paparannya menjelaskan bahwa eksistensi Bio Farma berfokus untuk melayani kesehatan masyarakat, baik di dalam negeri maupun di kancah global.
“Eksistensi Bio Farma selalu didedikasikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, baik di Indonesia maupun dunia, saat ini dan untuk tahun-tahun kedepan. Kami terus menerus berinovasi dan mengembangkan diri untuk memberikan yang terbaik untuk seluruh konsumen kami, salah satunya adalah dengan meraih sertifikasi prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk produk-produk Bio Farma.” papar Soleh.
Lebih lanjut lagi, Soleh menambahkan, selain pengembangan pipeline produk, Bio Farma juga telah melakukan beberapa inovasi diantaranya pada proses distribusi vaksin, serta aktif menjadi motor penggerak bagi industri-industri farmasi yang tumbuh di kawasan Afrika.
“Tidak hanya terbatas pada pengembangan portofolio produk, Bio Farma juga mengembangkan infrastruktur pendukung program imunisasi baik dalam negeri maupun luar negeri, salah satunya adalah dengan sistem MedTrack yang saat ini bekerjasama dengan TRVST (Traceability and Verification System) dari UNICEF untuk mengurangi potensi peredaran vaksin palsu dan ketersediaan stok vaksin di tingkat global. Selain itu, kami juga mendorong industri-industri farmasi lain di Afrika untuk dapat turut berkembang dan
menciptakan kemandirian vaksin di kawasan tersebut.” lanjut Soleh.
Bio Farma merupakan salah satu industri vaksin di dunia yang menjadi pusat percontohan atau centre of excellence bagi negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI/OIC). Setiap tahunnya, Bio Farma menerima delegasi dari perwakilan negara OKI untuk belajar mengenai produksi vaksin, terutama produksi vaksin halal.
GAVI, the Vaccine Alliance (Sebelumnya dikenal sebagai Global Alliance for Vaccines and Immunization) adalah organisasi kerjasama antara perusahaan (baik swasta maupun milik pemerintah) dengan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan akses vaksinasi pada anak-anak di negara yang membutuhkan. GAVI dibentuk pada tahun 2000 dan telah mendukung program imunisasi untuk lebih dari 760 juta anak, mencegah lebih dari potensi 13 juta kematian di seluruh dunia, dan meningkatkan cakupan imunisasi untuk penyakit difteri yang sebelumnya berada pada angka 59% di tahun 2000 menjadi 81% di tahun 2019.