PPDB oh PPDB

Avatar photo

- Jurnalis

Rabu, 26 Juni 2024 - 08:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekarang ini para orang tua sedang gundah gulana, berdebar debar, teu bisa sare alias teu bisa hees. Hehe. Makan tak enak tidurpun tak nyenyak. Carut marutnya dunia pendidikan kian kacau balau di dunia persilatan Indonesia.

Sistem Penerimaan peserta didik baru alias PPDB teu puguh tujuana kudu kumaha. Setiap tahun pasti menyisakan sistem penerimaan yang kelam. Sengitnya mendapatkan sekolah negeri yang didambakan, membuat para orang tua ( nu boga duit tentunya) tergoda memilih jalan pintas nan sesat. Nyogok. Padahal sudah jelas ku pak ustad dijelaskan ” nu nyogok jeung disogok, naraka”.

Zona menjadi biang keladi masalah ini. Memang bagus sih, pamerintah nu palalinter, tujuannya untuk memberikan kesempatan orang orang yang terdekat dengan sekolah negeri dambaanya bisa bersekolah dilingkungan daerahnya. Ari ceuk saya mah, maenya engke babaturana eta eta keneh. Anak itu butuh sosialisasi dan berkembang. Kenapa sistem yang sudah turun temurun mesti dirubah. Maenya kaulinana sakulibek we sakelurahan.

Baca Juga :  Buah Sirsak, Kandungan Gizi Dan Manfaatnya Untuk Kesehatan

Tapi sebenarnya sistem zona tidaklah cukup berhasil. Malah calo calo semakin merajalela. Sugan teh nu aya calo karcis nonton Persib. Tapi aya oge calo yang bisa memasukan ke sekolah negeri yang diinginkan. Tentu dengan imbalan segepok uang alias cuan.

Ada kisah lucu, seorang guru ngajar di sekolah favorit, eh anaknya tidak bisa sekolah di tempat dia ngajar, malah sekolah di swasta. Karena korban zona tea. Tapi ada murid yang mengatongi surat sakti dari pejabat tertentu bisa masuk dengan mulus, walau rumah dari sekolah.

Baca Juga :  Pelija Dorong Pemerintah Audit Lingkungan Secara Konfrehensif Dan Moratorium Perijinan

Teu eleh akal ku aturan, para orang tua nu gelap akal. Ramai beramai ramai pindah domisili dekat sekolah favoritnya. Ada yang ngontrak, ada sengaja pindah rumah. Ada juga yang menumpang famili di KK penduduk setempat. Padahal dulur lain, tatangga lain. Nya pastilah ujung ujungnya duit alias UUD demi memuluskan sang anak.

Lalu solusinya apa? Supaya aman dan terkendali. Angkat heula saya jadi Mentri Pendidikan atau minimal Dirjen Pendidikan. Hehe… Ngenah wae mere solusi gratis. Ari nu digaji ku uang rakyat. Gede deui. Teu bisa mengendalikeun. Boro boro malah saling tuding.

Hari Sinastrio
25/06/2024

Follow WhatsApp Channel klopakindonesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Insinerator dan peliknya masalah sampah Kota Bandung
Haji oh Haji
Nadiem oh Nadiem
Kisah tragis dari Kampung Cae, Janji Pemimpin dan kepekaan sosial
PAPS, nasib sekolah swasta dan standarisasi kebijakannya
Tarif oh tarif
100 Hari Kepemimpinan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi masih bersipat Intuitif dan berpacu pada Konten Youtube
Ditunggu Langkah Nyata Dedi Mulyadi Untuk Menyukseskan Program Pendidikan 12 Tahun, Bukan Hanya Anak Nakal Yang Di Urus

Berita Terkait

Jumat, 3 Oktober 2025 - 14:37 WIB

Insinerator dan peliknya masalah sampah Kota Bandung

Rabu, 10 September 2025 - 09:26 WIB

Haji oh Haji

Rabu, 10 September 2025 - 09:15 WIB

Nadiem oh Nadiem

Minggu, 7 September 2025 - 05:23 WIB

Kisah tragis dari Kampung Cae, Janji Pemimpin dan kepekaan sosial

Rabu, 27 Agustus 2025 - 16:07 WIB

PAPS, nasib sekolah swasta dan standarisasi kebijakannya

Berita Terbaru