Pemerintah Kota Bandung mengambil langkah strategis untuk mengurai kemacetan di jam-jam sibuk dengan memberlakukan aturan baru terkait jam masuk sekolah. Wali Kota Bandung, Farhan, mengumumkan bahwa mulai tahun ajaran baru ini, jam masuk siswa di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) akan diatur secara bertahap.
Dalam kebijakan terbaru tersebut, siswa SMA dijadwalkan masuk pukul 06.30 WIB, SMP pada pukul 07.00 WIB, dan SD dimulai pukul 07.30 WIB. Skema ini diharapkan dapat mengurai tumpukan arus lalu lintas di pagi hari yang selama ini kerap menjadi penyebab kemacetan, terutama di sekitar kawasan sekolah dan jalur utama perkotaan.
Farhan menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah melakukan kajian bersama Dinas Perhubungan dan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Menurutnya, kepadatan kendaraan pada pagi hari sebagian besar disebabkan oleh mobilitas orang tua yang mengantar anak-anak sekolah secara bersamaan.
“Dengan pola masuk bertahap seperti ini, kita berharap distribusi lalu lintas bisa lebih merata dan tidak menumpuk di satu waktu. Ini bukan hanya soal lalu lintas, tapi juga soal efisiensi dan kenyamanan warga,” ujar Farhan dalam konferensi pers di Balai Kota Bandung.
Penerapan aturan jam masuk sekolah ini juga diiringi dengan evaluasi dan pemantauan ketat selama beberapa minggu ke depan. Pemkot Bandung siap melakukan penyesuaian jika ditemukan kendala atau dampak tak terduga dari implementasi kebijakan ini.
Langkah ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian orang tua mengaku setuju karena kemacetan selama ini memang sangat mengganggu aktivitas pagi. Namun, ada pula yang mempertanyakan kesiapan anak-anak, terutama di tingkat SD, untuk beradaptasi dengan jam masuk yang lebih pagi.
Farhan memastikan bahwa pihak sekolah juga telah diminta menyesuaikan waktu operasionalnya, termasuk pengaturan waktu belajar dan istirahat, agar tidak mengganggu kesehatan dan produktivitas siswa.
Dengan kebijakan ini, Kota Bandung berharap bisa menjadi contoh bagi kota-kota besar lainnya dalam menciptakan sistem transportasi dan pendidikan yang lebih tertib dan efisien.