KlopakIndonesia.Yogyakarta —Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat, Dadi Ahmad Roswandi, menyambut positif target ambisius Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang ingin menurunkan angka stunting hingga 4 persen selama masa jabatannya. Meski terlihat menantang, Dadi menyebut target tersebut cukup masuk akal jika melihat tren penurunan prevalensi stunting yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
“Target Pak Gubernur tentu kami apresiasi. Yang penting kita siapkan peta jalannya—kapan dicapai, seperti apa intervensinya, baik yang spesifik maupun sensitif,” ujar Dadi dalam forum Evaluasi dan Kesepahaman Kinerja Program Akselerasi Quick Wins Kemendukbangga Jabar di Yogyakarta, Kamis (12/6/2025).
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Jawa Barat tercatat 15,9 persen—turun 5,8 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 21,7 persen menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Bila ditarik ke belakang, angka ini bahkan telah menurun 8,6 persen sejak 2021 yang tercatat 24,5 persen.
“Artinya, jika target ke angka 4 persen artinya harus menurunkan sekitar 11,9 persen dalam lima tahun. Kalau melihat tren ini, itu rasional dan sangat mungkin,” tegasnya.
Dadi mencontohkan Provinsi Bali yang sudah berhasil menekan angka stunting menjadi 6 persen. Bahkan di Jabar sendiri, sejumlah kabupaten/kota telah menunjukkan progres luar biasa dengan prevalensi di bawah 10 persen.
Namun, tidak semua wilayah menunjukkan penurunan. Dadi mengungkapkan ada enam daerah di Jabar yang justru mengalami kenaikan, dua di antaranya cukup signifikan: Kota Bandung naik 6,5 persen (dari 16,3 persen menjadi 22,8 persen) dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) naik 5,7 persen (dari 25,1 persen menjadi 30,8 persen).
“Ini jadi catatan penting. Bandung dan KBB perlu perhatian lebih dalam waktu dekat,” katanya.
Di sisi lain, sejumlah kabupaten menunjukkan capaian luar biasa. Kabupaten Garut berhasil menurunkan stunting hampir 10 persen—dari 24,1 persen menjadi 14,2 persen. Sementara Purwakarta menorehkan penurunan drastis dari 24 persen menjadi 14,5 persen.
Dengan tren dan bukti lapangan tersebut, Dadi menyatakan keyakinannya bahwa target 4 persen bukan hal mustahil. “Kuncinya ada di sinergi lintas sektor dan konsistensi intervensi,” pungkasnya.