Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa musim kemarau tahun 2025 di sebagian besar wilayah Jawa Barat diprediksi akan berlangsung lebih singkat dari biasanya. Fenomena ini disebabkan oleh pola iklim yang tidak biasa, termasuk pengaruh La Nina lemah dan suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata.
Prediksi Awal dan Puncak Musim Kemarau
Berdasarkan pemutakhiran BMKG per Mei 2025, sebagian wilayah Jawa Barat akan memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni. Namun, kemarau ini diperkirakan akan berlangsung lebih pendek, dengan puncaknya terjadi pada Juli hingga Agustus.
Wilayah-wilayah yang diperkirakan mengalami awal musim kemarau paling cepat:
- Dasarian I hingga II April 2025: Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu
- Dasarian II hingga III Mei 2025: Bandung, Cimahi, Sumedang, Cirebon, Kuningan
- Dasarian I hingga III Juni 2025: sebagian besar wilayah tengah dan selatan Jabar
- Dasarian I Juli 2025: wilayah seperti Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran
BMKG menyatakan bahwa sebagian besar zona musim di Jawa Barat akan mengalami kemarau yang lebih pendek durasinya dibandingkan rata-rata periode 1991–2020.
Potensi Dampak di Lapangan
Kendati singkat, musim kemarau tetap bisa berdampak pada aktivitas pertanian dan ketersediaan air bersih, terutama di daerah yang selama ini bergantung pada sumber air permukaan.
BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk:
- Menyimpan dan mengelola air hujan secara efisien selama masa transisi
- Tidak melakukan pembakaran lahan atau sampah terbuka
- Memantau prakiraan cuaca mingguan untuk mengantisipasi hujan lokal saat kemarau
Selain itu, adanya kemungkinan kemarau basah (kemarau dengan hujan lokal) juga menandakan bahwa masyarakat harus siap menghadapi perubahan cuaca yang cepat, termasuk potensi banjir atau longsor jika hujan tiba-tiba turun deras di wilayah kering.