Ikan sapu-sapu, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai Hypostomus plecostomus dan beberapa spesies lain dalam famili Loricariidae, kerap dijumpai di sungai-sungai Indonesia, terutama di daerah perkotaan. Ikan ini memiliki tampilan unik: tubuh bersisik keras seperti lapis baja, mulut menyerupai alat penghisap, dan kerap menempel di dasar sungai atau bebatuan. Pertanyaannya, apakah ikan ini bisa dikonsumsi manusia?
Bisa Dimakan, Tapi Perlu Syarat Ketat
Secara biologis, ikan sapu-sapu bukanlah ikan yang beracun, dan secara teknis dapat dikonsumsi. Namun, menurut sejumlah ahli perikanan dan kesehatan lingkungan, ada sejumlah risiko besar yang harus diperhatikan sebelum menjadikannya sebagai bahan konsumsi.
Dr. Indah Susanti, dosen Biologi Perairan dari Universitas Airlangga, menjelaskan:
“Sapu-sapu bukan ikan beracun. Namun, karena kebiasaannya hidup di perairan tercemar dan memakan sisa-sisa organik, maka dagingnya rentan mengandung logam berat. Konsumsinya bisa membahayakan jika tidak diproses atau diuji dahulu.”
Dengan kata lain, selama ikan ini berasal dari perairan yang bersih dan proses pengolahan dilakukan dengan benar, ikan sapu-sapu bisa dimakan. Namun, kasus seperti itu sangat jarang terjadi di Indonesia.
Hidup di Sungai Kotor, Kandungan Logam Berat Tinggi
Masalah terbesar dari konsumsi ikan sapu-sapu di Indonesia adalah kebiasaan hidup ikan ini di sungai-sungai tercemar, terutama di kota-kota besar. Ikan sapu-sapu dikenal sebagai pemakan segala, bahkan sisa-sisa limbah dan bangkai, yang membuat tubuhnya menyerap unsur-unsur berbahaya dari lingkungan sekitarnya.
Sebuah penelitian dari Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KKP) tahun 2022 menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu yang ditangkap dari Sungai Brantas dan Citarum mengandung logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium (Cd) dalam kadar tinggi, yang jauh di atas ambang batas aman konsumsi manusia.
Risiko Kesehatan Jika Dikonsumsi
Mengonsumsi ikan sapu-sapu yang tercemar logam berat dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Beberapa risiko yang dipaparkan oleh ahli toksikologi dan gizi antara lain:
- Gangguan ginjal akibat akumulasi merkuri
- Kerusakan hati dan sistem saraf pusat
- Risiko kanker dalam jangka panjang
- Penurunan fungsi imun dan gangguan hormon
Menurut Prof. Siti Nurhasanah, pakar gizi dari IPB, logam berat bersifat akumulatif. Artinya, meskipun dikonsumsi dalam jumlah kecil, efeknya bisa terasa dalam jangka panjang jika sering dilakukan.
Nilai Gizi Rendah, Daging Alot dan Tipis
Secara tekstur dan nutrisi, ikan sapu-sapu juga tergolong tidak ideal untuk konsumsi. Dagingnya sangat sedikit, berserat keras, dan tidak memiliki kandungan omega-3 yang signifikan. Dibandingkan dengan ikan air tawar konsumsi lainnya seperti lele, nila, atau patin, sapu-sapu kalah jauh dari sisi rasa maupun manfaat gizi.
Ada Upaya Pengolahan, Tapi Masih Terbatas
Meski demikian, di beberapa daerah, ada upaya untuk memanfaatkan ikan sapu-sapu sebagai produk olahan alternatif. Contohnya di Tasikmalaya dan Sidoarjo, ikan ini diolah menjadi:
- Kerupuk ikan sapu-sapu
- Abon dan dendeng
- Pakan ternak atau pupuk organik
Namun, perlu dicatat bahwa produk-produk ini hanya aman dikonsumsi jika bahan bakunya berasal dari ikan sapu-sapu yang dibudidayakan dalam air bersih dan telah melewati uji laboratorium terhadap kandungan logam berat.
Kesimpulan: Bukan untuk Konsumsi Umum
Secara ilmiah dan medis, berikut kesimpulan dari para ahli terkait konsumsi ikan sapu-sapu:
- Dapat dimakan jika berasal dari sumber bersih dan diolah dengan benar
- Sangat tidak disarankan dikonsumsi dari alam liar, terutama sungai kota
- Mengandung logam berat berbahaya bagi kesehatan
- Nilai gizi rendah dan rasa tidak sebanding dengan ikan konsumsi lainnya
Pakar lingkungan juga menegaskan, daripada dikonsumsi, ikan sapu-sapu lebih baik dimanfaatkan untuk pengendalian ekosistem atau produk non-pangan.