Dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan Uji Petik dan Pemantauan Keluarga Berisiko Stunting (KRS) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada 15–16 Oktober 2025.
Kegiatan ini menitikberatkan pada pemanfaatan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (ELSIMIL) sebagai alat pemantauan kondisi keluarga berisiko stunting. Melalui kegiatan tersebut, BRIN dan Kemendukbangga menilai efektivitas ELSIMIL sekaligus mengukur peran pendamping keluarga dalam mendukung pencegahan stunting di tingkat lapangan.
Uji petik dilakukan di dua kecamatan, yakni Ciranjang dan Bojongpicung, dengan melibatkan 60 responden keluarga berisiko stunting. Pada hari pertama, peserta mengisi kuesioner yang disiapkan tim peneliti, sementara hari kedua diisi dengan kunjungan rumah dan wawancara mendalam untuk memastikan validitas data serta status responden sebagai sasaran KRS.
Direktur Bina IMP Kemendukbangga/BKKBN, Mahyuzar, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi langkah penting untuk melihat sejauh mana aplikasi ELSIMIL berperan dalam mendeteksi risiko stunting sejak dini.
“Pemantauan melalui ELSIMIL memberikan gambaran menyeluruh tentang kesiapan pasangan usia subur dalam menghadapi kehamilan dan mengasuh anak—baik dari aspek kesehatan, gizi, maupun lingkungan. Hasil uji petik ini akan menjadi bahan evaluasi sekaligus rekomendasi kebijakan bagi penguatan strategi nasional percepatan penurunan stunting di berbagai daerah,” ujarnya.
Selain menghasilkan data berbasis lapangan, kegiatan ini juga menjadi bentuk sinergi antara lembaga riset dan lembaga pelaksana program pembangunan keluarga. Kolaborasi antara Kemendukbangga/BKKBN dan BRIN diharapkan dapat memperkuat kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas keluarga Indonesia.