Tanaman sirsak (Annona muricata) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena buahnya memiliki nilai ekonomi dan manfaat kesehatan yang tinggi. Dengan teknik budidaya yang tepat, sirsak bisa mulai berbuah dalam usia 2–3 tahun, bahkan lebih cepat jika menggunakan bibit vegetatif seperti cangkok, sambung pucuk, atau okulasi.
Langkah awal dalam budidaya sirsak adalah memilih bibit unggul. Bibit hasil cangkok atau okulasi lebih disarankan jika tujuan utama adalah agar tanaman cepat berbuah. Hindari menggunakan bibit dari biji karena umumnya baru berbuah setelah 4 hingga 5 tahun. Bibit yang ideal setinggi sekitar 50 cm, memiliki batang tegak dan daun hijau segar tanpa tanda serangan hama atau penyakit.
Tanaman sirsak tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 700 mdpl, pada tanah gembur, kaya bahan organik, dan memiliki pH tanah antara 5,5 hingga 6,5. Tanah sebaiknya tidak tergenang air, karena akar sirsak sensitif terhadap kelembaban berlebih. Untuk penanaman di lahan, buat lubang tanam berukuran 50x50x50 cm dan biarkan terbuka selama 5–7 hari agar gas beracun menguap. Tambahkan pupuk kandang sebanyak 2–5 kg ke dalam lubang sebelum tanam. Jika ditanam di polybag atau pot besar, gunakan campuran tanah taman, kompos, dan pasir dengan perbandingan 5:3:2 untuk memastikan drainase baik.
Siram tanaman secara rutin, terutama saat musim kemarau, sebanyak 1–2 kali sehari. Pada musim hujan, cukup 2–3 hari sekali. Pemupukan awal bisa menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 25 gram per tanaman setiap bulan selama 3 bulan pertama. Setelah itu, berikan pupuk kandang setiap 3 bulan dan tambahkan pupuk dengan kandungan fosfor dan kalium lebih tinggi (misal NPK 12:24:12) mulai usia satu tahun untuk merangsang pembungaan dan pembuahan.
Penting untuk memangkas tunas liar dan cabang yang tumbuh tidak teratur. Lakukan pemangkasan bentuk sejak usia tanaman 6 bulan dan pemangkasan produksi saat tanaman mulai berbunga. Pemangkasan ini membantu sinar matahari masuk lebih merata dan mengarahkan nutrisi ke cabang produktif. Idealnya, pertahankan 3–4 cabang utama yang kokoh.
Untuk merangsang pembungaan lebih cepat, pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti hormon giberelin atau pupuk cair berbasis KNO3 bisa diberikan secara berkala. Ini terutama efektif jika tanaman sudah mencapai usia 1,5–2 tahun namun belum juga berbunga.
Sirsak rentan terhadap beberapa jenis hama seperti ulat daun, penggerek batang, dan kutu putih. Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida nabati, misalnya dari ekstrak daun mimba atau bawang putih. Sementara itu, penyakit seperti busuk akar atau bercak daun dapat dicegah dengan menjaga drainase tetap baik dan menggunakan fungisida sesuai dosis jika diperlukan.
Sirsak akan mulai berbuah optimal ketika tinggi tanaman berada pada kisaran 1,5 hingga 2,5 meter. Dengan pemangkasan teratur, tinggi pohon bisa dipertahankan agar tidak melebihi 3 meter. Hal ini penting agar perawatan dan pemanenan lebih mudah serta mengurangi risiko cabang patah karena beban buah. Pada tanaman dalam pot, tinggi pohon saat mulai berbuah bisa lebih pendek, sekitar 1 hingga 1,5 meter, asalkan nutrisinya tercukupi.
Buah sirsak memerlukan waktu 3 hingga 4 bulan sejak bunga mekar hingga matang. Ciri-ciri buah siap panen antara lain kulit mulai berubah warna dari hijau tua ke hijau muda, duri buah mulai melebar, dan buah terasa empuk saat ditekan ringan. Dengan perawatan yang konsisten dan teknik budidaya yang tepat, sirsak dapat dipanen setiap tahun dan menjadi sumber penghasilan jangka panjang bagi petani maupun pekebun rumahan.